Selasa, 18 November 2014

Antara Globalisasi dan Edukasi Seks Usia Dini

15 November 2014

Sekolah Si Sulung mengadakan Parenting Class dengan tema "Pembimbingan anak menghadapi era globalisasi". Pembicara oleh Lisda Farkhani seorang Psikolog. Tema ini terdengar klasik sekali tapi tetap jadi penting buat saya. Globalisasi menyeret arus deras perubahan terhadap anak-anak dan jiwanya. Dari mulai konten media massa terutama televisi, sosio budaya yang pindah ke pusat perbelanjaan dan permainan anak-anak yang pindah ke "Tablet". Kalau bicara tentang efek pasti tak terbantahkan ya, besar sekali.

Paparan sang Psikolog tentang efek dan tips untuk menghadapi era globalisasi ini sama dengan paparan yang mudah ditemukan di mbah google, Yang menariknya saat sesi tanya jawab. Seorang orang tua murid yang juga dokter spesialis anak, bertanya tentang edukasi seks di usia dini yakni 4-5 tahun. Beliau menemukan seorang pasien balita (4 tahun), dengan kasus Miss V nya berdarah. Setelah ditanya penyebabnya ternyata, anak tersebut iseng bermain dengan temannya. Mereka bermain pulpen dan dimasukkan ke dalam Miss V. Akibatnya luka dan infeksi.

"Apa sebenarnya yang ada dalam pikiran anak-anak itu? Mereka tidak berpikir libido. Di usia itu belum ada perangkat libido. Mereka hanya meniru. Mungkin saja pernah menyaksikan, mendengar dan mengikuti. Sebagai orang tua, edukasi seks sangat dini sangat diwajibkan. Biasanya saya mengatakan begini kepada anak-anak saya, Anak perempuan itu ada tiga lubang, lalu disebutkan fungsinya. Dan semua lubang itu tidak boleh dipegang atau disentuh siapaun kecuali ibu yang membantu mandikan dan cebok. Dan tidak boleh juga dimasukkan barang-barang lain. Karena nanti kuman-kumannya bisa masuk ke dalam tubuh. Kita harus menjaganya harus selalu bersih," jelas Lisda Farkhani.

"Edukasi seks pada anak balita cukup sampai di sini. Karena alam pemahamannya juga sudah mampu mencernanya. Tidak perlu lebih jauh sampai menerangkan alat reproduksi dan sebagainya. Karena edukasi seks itu akan diberikan lagi setelah anak-anak mengalami baligh (atau telah menstruasi)".

Realitas yang ditemukan bu dokter itu sungguh membuatku tercenung. Bukan karena edukasi seks nya tapi permainan dua anak balita yang berteman itu. Bisa jadi si anak yang Miss V nya luka itu tidak tahu apa-apa hanya menuruti ajakan bermain temannya yang pernah 'tau'. Lalu selain mematikan televisi, menyimpan tablet, PS dan membatasi alat-alat teknologi kepada anak-anak, apakah juga harus menyeleksi teman-teman dan menunggui mereka bermain????

#Cenut-cenut