Kamis, 25 November 2021

Pansos Itu Positif

Pansos atau panjat sosial. Bahasa inggrisnya adalah social climbing. Bagi saya generasi kelahiran 80, sebutan ini termasuk baru. Saya pikir, wah kata baru lagi nih semacam bahas gaul jaman ini. Ya, kayak jaman 90an sampe Debby Sahertian (artis 90an) bikin kamus bahasa gaul. 

Waktu Saya nemenin anak sulung Saya belajar IPS (sekolah di rumah jaman pandemi), ternyata itu bahasa baku loh. Termasuk dalam materi pemahasan mapel IPS Semester 1, Sub Bab Mobilitas Sosial. 

Singkatnya dalam pemahaman Saya, mobilitas sosial adalah perpindahan (pergerakan) status sosial seseorang. Ada yang bergerak naik dan ada yang turun. Salah satu perubahan status sosial ini, adalah social climbing atau panjat sosial. Panjat sosial di sini konotasinya positif. Artinya perubahan status sosial itu berubah 'naik'. Misalnya pengaruh dari struktural jabatan. Seperti guru lalu naik jabatan menjadi kepala sekolah. 

Padahal Social Climbing yang Saya pahami dari Sosial Media, konotasinya negatif. Ya, seperti adanya istilah BPJS (Bujet Pas-pasan Jiwa Sosialita). Atau, Maksain diri gitu.

Jadi, yuk mari ah kita pansos. 

Rabu, 03 November 2021

Pengucilan Juga Bullying

Bully atau perundungan.

Siapa sih yang mau anaknya dibully? Jangankan dibully, anaknya dimarahin Bapaknya atau neneknya aja, Aku bisa baper. 

Jadi tuh anak mbarep cerita tentang pengalamannya di SD. Katanya waktu dia kelas 6 jadi masa tersedihnya. Intinya, dia merasa dikucilkan. 

Aku pernah notice waktu jamannya dia sekolah kelas 6. Mereka ada proyek akhir, berkelompok. Nah untuk memudahkan komunikasi dibentuklah grup wa kelompok mereka. Proyek ini berlangsung kira2 4 bulanan. Mulai perencanaan, riset sampai eksibisi (pameran).

 Suatu hari anak Saya selalu ketinggalan informasi mengenai kegiatan kelompoknya. Ternyata dia dikeluarkan dari grup wa nya itu. Karena di grup itu ada Ustad (guru) pembimbing, Saya menghubunginya, agar membantu si mbarep.

 Ternyata sampe akhir kerja kelompok, dia tidak kunjung dimasukkan lagi ke grup itu. Si anak mbarep merasa cuek karena dia minta tolong ke teman sesama kelompok. 

Agak aneh kurasa kalo si Ustad itu mendiamkan hal itu. Tapi ya, kubiarkan saja. Namun kucoba sharing dengan wali kelas. Nah, menurut wali kelasnya anak Saya yang anti sosial. Dia selalu menghabiskan waktu di book corner (Dalam kelasnya ada pojok membaca). 

Akibatnya dia asik dengn duniamya sendiri. Wali kelasnya menghilangkan book corner agak anak Saya nge blend. Dan, katanya berhasil. 

Dan saat semester kedua sampai kelulusan SD, dia dikeluarkan dari grup kelas nya yang mana ada Wali kelasnya di sana. Dan, tak ada upaya dari Ustadzahnya untuk bertanya. Heh?

The other side... 
Saya konfirmasi kata Ust, kalo dia senang menyendiri. Eh, alasannya ternyata dia capek selalu diejek. Salah satunyakarena gak punya hape sendiri. Dia selalu pake hape Saya (Saya komit untuk tidak memberikan hape sebelum usia 13 tahun). 

Saya nanya dong, teman2mu ngejeknya pas gak ada Ust, ya? Enggak kok. Malah Ust liat mereka ejek2 aku. Tapi Ust diem aja. Katanya masa SD nya gak bahagia karena gak punya teman. 

Aku speechless mendengarnya. Karena, udah gak bisa konfirmasi ke Ust nya langsung. Lah wong anaknya udah lanjut SMP. Ah, gak guna juga. 

Seandainya aku bisa sampaikan, Aku cuma mau bilang ke Ustny, kalo Bully itu bukan cuma Bully secara fisik dan verbal saja. Tapi pengucilan itu juga termasuk bullying. Jika ada anak yang terlihat 'anti sosial', jangan langsung dijudge anti sosial dan dipaks nge blend. Karena lingkungannya itu yang mengucilkannya. 

Tulisan ini hanya ungkapan kekecewaan Saya saja. Karena Saya pikir sekolah itu memang tidak ada diskriminasi (apalagi bully). Yaaah, Saya akui tergiur gitu deh dengan sekolah tanpa diskriminasi-nya itu. Minimal, jika ada peristiwa perundungan, sekolah bisa bertindak dengan baik. 

Hey me! Gak ada itu sekolah tanpa diskriminasi. Apalagi sekolah tanpa bully. Bagaikan pungguk merindukan bulan aja lah Aku ini. 

Jadi sebelum anaknya daftar ke sekolah, kuat2 in mental ya Mamah2. Cari info cara menguatkan anak menghadapi bullying. 







T