“Rumahmu kok rasa
museum, Mbak” kata adik iparku saat berkunjung ke rumah kami.
Ungkapannya itu mirip dengan beberapa orang yang pernah
dolan dimari. Gak heran sih. Jika disawang, sebagian besar perabotan rumah
berusia lebih tua dari usia pemiliknya. Jam dinding kayu manual –jam harus
diputar dahulu untuk membuatnya bekerja – dibuat sekitar abad ke-18. Beberapa
jam meja antik, lemari makan, lemari pakaian, sampai gerobok usianya hampir 100
tahun. Eits, Alhamdulillah, mereka semua bersahabat. Meskipun tua tapi gak ada
cerita aneh bin mistis loh. Semua berfungsi sesuai dengan tujuannya.
Sebenarnya sih, suami yang hobi benda-benda kuno kayak
begitu. Aku sendiri lebih suka yang simple dan minimalis. Gak suka ribet
intinya. Nah, gak heran tuh jam dinding kerjanya pas ada tuannya thok. Bojone
ogah ribet.