Kamis, 10 Desember 2015

BatikNadhifSolo: Pengalaman Transaksi Pertama di Tokopedia





Buka Peluangmu.

Setelah mengikuti roadshow, Tokopedia.com di Solo beberapa waktu lalu, Saya membuka Toko dengan nama BatikNadhiSolo. Sebagai pemain baru, Saya masih meraba-raba. Cara memasukkan foto produk. Rajin-rajin me-'klik' tombol promosi. Agar banyak orang melihat produk toko Saya. Yang namanya jualan pastinya harus sabar yaaa. Hehehehe. Sebab, transaksi pertama baru Saya dapatkan setelah satu bulan lamanya buka toko.

Jumat, 27 November 2015

Hati-hati Ada Yang Niru

Tiba-tiba Mas Bagus ku ngomelin adiknya, Mbak Genduk.

"Adek ini! Ini gak sopan. Gak boleh loh, melakukan hal ini. Karena apa? Karena tidak sopan!" Omelan Mas Bagus ke Mbak Genduk.

Entah apa yang jadi penyebabnya. Saya hanya mendengar dari balik dapur.

Mas Bagus ngomel dengan intonasi suara yang tinggi dan cempreng. Pilihan kata yang dia gunakan ini membuatku tersenyum malu. Sadar banget kalo, kata-kata dan gaya ngomel itu milik Si Emak. Yes, dia seperti mini me. Bukan hanya Mas Bagus. Mbak Genduk juga sama. Kebanyakan yang ditiru sih yang negatifnya, cara ngomel dan marahnya.

Sabtu, 10 Oktober 2015

Mungkin Dokternya Lelah. Salah Diagnosa.


Cerita ini agak satir sebenarnya. Embuh, dilihat dari sudut mana. Saya juga mingkep.

Alkisah. Tetangga saya beberapa hari ini tutup warung. Alias tidak berjualan. Saya sebagai langganan setia bensin eceran (dalam botol), jadi penasaran.

Kemarin warungnya buka kembali. Hore! Motor antik saya bisa langsung minum kalau kehausan. Ndadak mubeng dulu golek dodolan bensin, maraki mumet sirahku.

Senin, 21 September 2015

Botol Minum Warna Kuning



Botol Minum Warna Kuning

Dua jam lagi akan mendarat kembali ke Indonesia. Dia memandangi botol minum kuning. Airnya habis. Pria itu menuangkan air di botol mineral ke dalam botol kuning. Glek glek glek! Senyumnya mengembang. Segar!

Dua tahun lalu, saat ia meninggalkan tanah kelahirannya. Tak ada ikatan hati. dia meninggalkan dua gundukan tanah orang yang melahirkannya pun biasa saja. Justru ia enggan kembali ke sana.

Sabtu, 05 September 2015

Apaan Tuh Endorse?


Teritung masih newbie di dunia per-IG an. Liat-liat foto. Selfie artis, pejabat, men-temen. Fotonya kece-kece. Dasar bekas wartawan, atau kepo-an yak? Liat yang gak dimengerti itu bawaannya gregetan. Gemes pengen tau. Banyak tuh artis dan bukan artis, yang foto terus caption di bawahnya begini: "Makasih ya, aku suka banget bajunya @merkbaju."

Selasa, 01 September 2015

Tip Nulis Jadi Duit dari IIDN Solo


Sabtu, 29 Agustus 2015


Solo. Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) Solo kembali bagi-bagi pengalaman di acara Bazar Buku Murah di Goro Assalam, Sabtu (29/8) kemarin. Kali ini mengusung tema 'Nulis Jadi Duit'. Pembicara IIDN, Bunda Yuni Astuti (Penulis Puisi dan Penulis Buku Antalogi), Mbak Ety Abdoel (Blogger), Mbak Arinta Adinigtyas (Penulis Cerita Anak).

Awak IIDN Solo sempet grogi nih, acaranya molor hampir setengah jam. Tung itang itung, yang nonton masih sepi. Namun pas acara dimulai, satu persatu pengunjung duduk manis di kursi penonton. Nyimak kata pengantar dari moderator yang kompor. Yang bertindak sebagai moderator adalah Ibu Ketua IIDN Solo, Siti Nurhasanah. Demikian moderator mengulang tema: "Nulis Jadi Duit. Duit loh. Kalo dulu nulis cuma hobi ngisi buku diari, nah, sekarang nulis juga bisa datengin duit!" ujar moderator penuh semangat. Apalagi, para pembicara di depan sudah pernah merasakan manisnya duit dari menulis. Alhamdulillah, kursi penonton jadi ramai.

Senin, 08 Juni 2015

Momswriter & Manajemen Waktu ala Ibu-Ibu, Talkshow IIDN Solo


Alhamdulillah, Talkshow Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) Solo dengan tema Momswriter & Manajemen Waktu ala Ibu-ibu di Bazar Buku Murah, Goro Assalam Hypermart, Kartasura Soloraya, Minggu (7/6) kemarin, berlangsung lancar. Ibu Siti Nurhasanah (Ketua IIDN), Ibu Nurul Chomariah, S.Psi (anggota IIDN), Ibu Noer Ima Kaltsum (anggota IIDN), Ibu Astutiana (anggota IIDN) sebagai narasumber dan Bunda Yuni (anggota IIDN) sebagai moderator.

Penampilan ini perdana loh, buat IIDN Solo. Untuk mengenalkan IIDN Solo kepada warga Soloraya terutama kaum Ibu dan perempuan. Bu ketua Siti Nurhasanah, menjelaskan bahwa IIDN Solo adalah bagian dari IIDN Pusat yang ada di Bandung dan didirikan oleh Teh Indari Mastuti. Komunitas ini untuk mewadahi para Ibu (Banyak juga calon istri dan calon Ibu yang bergabung), agar gemar menulis.

Seperti kata Bu Nurul Chomaria bahwa penulis itu karir yang pas disematkan kepada para Ibu. Karena jam kerjanya fleksibel. Seperti Bu Nurul yang menyepi di tengah malam untuk tak tik tuk,eh... nulis maksudnya. Rupanya Ibu-ibu cantik yang ada di panggung ini juga hampir sama. Kegiatan menulisnya dimulai saat malam hari. Kegiatan beberes rumah, ngurus anak-anak dan suami, memasak rampung baru deh, buka lappy... Satu, dua karya selesai. Kalau buntu, jalan-jalan sejenak di FB alias Facebook, eh... Tapi kalau Bu Noer Ima Kaltsum agak beda penyegarannya, yaitu ngurek-ngurek tanaman di kebun mungil belakang rumah.

Senin, 01 Juni 2015

Kabar Mengejutkan di Sore Hari


Bendera merah berkibar di rumah tetanggaku. Kami (Saya dan Suami), terkejut tak percaya. Siapa yang meninggal? Rasanya kami tidak mendengar kabar apapun seharian ini. Baru menjelang Ashar tiba-tiba ada kabar itu.

Si Mbah, tetangga depan rumah yang menyampaikan kabar duka, jika Ibu Darsono, kembali pada Sang Ilahi zuhur tadi. Innalillahi Wainnailaihi Rojiun. Padahal beru kemarin sore kami bercakap-cakap dengannya. Saya sedang menyapu halaman depan dan beliau sedang latihan berjalan.

Selasa, 19 Mei 2015

Nenek di Perjalanan Kereta Solo-Jogja


Alhamdulillah, uji coba perjalanan bawa dua anak yang aktif, 6 dan 3 tahun naik kereta Solo-Jogja, sendirian, kemarin (18/5), berjalan lancar. Kalau terdengar agak hiperbola, maafkan saya. Perjalanan itu sangat berkesan dan menyenangkan. Tapi bukan karena kehebohan dan keaktifan anak-anak saja, tapi cerita dari teman seperjalanan, seorang nenek usia 95 tahun yang membuat saya nelangsa.

Awalnya saya cuek dengan nenek yang memperhatikan ulah anak-anak. Berkali-kali saya minta maaf karena anak-anak aktif banget. Saya takut mengganggunya. Dia hanya menatap tersenyum namun matanya memerah. Hati saya tertegun melihat airmata yang mengambang itu.

Selasa, 12 Mei 2015

Kacang Goreng Menikah LDR


LDR (Hubungan jarak jauh) aka. Menikah jarak jauh itu beyond my imagination. Melampaui batas imajinasi. Percaya gak percaya dan Alhamdulillah, hampir sewindu, pola hubungan LDR ini sudah dijalani. Gak pernah membayangkan pola hubungan seperti ini. Bagaikan berjalan menggunakan tongkat, nah kadang-kadang tongkatnya lupa bawa. Begitulah kira-kira rasanya.

Kesalahan saya sebelum LDR adalah tidak menyiapkan mental. Jadinya seperti berjalan dalam labirin tanpa cahaya. Meraba-raba. Hanya mengandalkan rasa. Kadang jatuh, terseok, merangkak. Nangis gerung-gerung sendiri, Baby Blues berat sendiri. Semestinya saya belajar. Nyiapin mental dulu. Tapi itu sudah lewat ya? 

Jumat, 24 April 2015

Belajar EYD di IIDN Solo


Kodar Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) Solo adalah momen yang paling saya tunggu-tunggu. Alhamdulillah di kopdar kedua (15/4) pada 2015 di RM. Sego Wiwit, Jln. Adi Sucipto, Solo, berjalan sukses dan rame. Sebelumnya, kami para anggota agak pesimis. Takut kopdarnya sepi, karena diadakan pas hari kerja. Ternyata oh ternyata yang hadir 16 anggota turut serta krucil IIDN Junior yang kalo dijumlahkan anggotanya melebihi anggota ibu-ibu.

Kehadiran mbak Anna Faridah, pengajar EYD di Sekolah Perempuan dan penulis banyak buku (Gak tau jumlah pastinya, pokoke banyak) menjadi magnet kami, para naggota IIDN mengisi ember ilmu. Beliau berbagi sedikit ilmu tentang pengalamannya (waktunya gak cukup ya mbak, makanya saya bilang sedikit, hihihi). Berawal dari jadi penerjemah 17 tahun yang lalu. Mbak Anna mengambil pekerjaan menerjemah yang longgar DL (Deadline)-nya. Anak-anaknya masih kecil. Dalam mengemban amanah kan harus profesional. Kalau DL-nya ketat takut tidak terkejar.

Rabu, 22 April 2015

Bisulku Sayang Udunku Malang

Sore itu Mas Bagus menjemput kekasih hatinya, Ayang Cesna pulang kerja. Ayang Cesna berjalan tertatih-tatih. Kawatir yang nya sakit, Mas Bagus menanyakan gerangan penyebab kaki ayang nya sakit.

“Kenapa kaki mu, sakit tha?”

“Iya, enggak tahu ini. Ada benjolan tiba-tiba. Padahal aku gak makan makanan laut” jawab Ayang Cesna yang alergi seafood. Ia menunjukkan benjolan di lutut kirinya.

“Oalah. Ini jenenge udunan,” kata Mas Bagus enteng.

“Weee. Gak mungkin udunan. Bisulan. Apa itu? Aku ini alergi. Penyakit wong sugih. Lha udunan penyakitnya wong ndeso. Seumur hidup aku dan keluargaku gak ada riwayat udunan. Gak level,” cerocos Ayang Cesna ngeyel.

Sabtu, 11 April 2015

Tragedi Keplek Ilat Mas Thole dan Mbak Gendhuk


Tiba-tiba pengen keplek ilat. Saya ketularan suami yang asli Solo. Keplek Ilat adalah kebiasaan kebanyakan warga Solo untuk wisata kuliner. Pokoke, seminggu sekali mesti lah ada nggo ngeplek ilat. Mungkin maksudnya memanjakan lidah kali dengan makanan, gitu kali ya.

Saya dan dua kruclis, Mas Thole dan Mbak Gendhuk, siap-siap. Pakai jaket dan gendongan pengikat untuk menunggangi kuda beroda dua. Halah. Tujuan saya, ke soto seger Mbok Giyem di daerah Tipes. Belom pernah nyoba soalnya,

Kamis, 09 April 2015

Alergi Basa Jawa

Alergi? Phobia? Trauma? Hmmmm... Apa ya padanan kata yang pas untuk ketakutan Mas Tole ini. Saya pernah dengar tentang siswa yang phobia Matematika. Setiap liat jadwal pelajaran Matematika, dia langsung sakit. Diare lah, demam lah, pokoknya ada aja alasan gak masuk kelas Matematika. Tapi si Mas Tole sih gak sampe segitunya. Wong masih kelas 1 SD, je. Hanya saja kok arahnya ada gejala-gejala begitu. Wah, gak benner ini... Saya harus membantunya. Siap!

Pelajaran Bahasa Jawa. Kayaknya sih, Mas Tole agak-agak gimana gitu sama pelajaran ini. Suatu hari saya baca pesan cinta dari Ustadzahnya, jikalau Mas Tole agar belajar Bahasa Jawa Bab 7. Karena nilai Ujian Tengah Semesternya hanya 46. Speechless. Gak papa juga sih sebenarnya, Mas Tole kan anak blasteran. Wajar dong roaming gitu. Blasteran Jawa-Sumatera.

Selasa, 07 April 2015

Sakitnya Tuh Di Sini


Sakitnya Tuh Di Sini

Suatu hari di siang bolong, Lady Cempluk mengajak Gendhuk Nicole yang berumur tiga tahun beli bakso. Dari rumahnya di Karang Asem menuju warung bakso di Adisucipto pas depan Toko Roti Purimas3. Ndilalahnya, pas di perempatan bang jo Fajar Indah, motore mati. Ternyata bensinnya kering kerontang seperti aspal jalanan.

Sambil nggendong Gendhuk Nicole, Lady cempluk markirke motore di kantor pemasaran di Fajar Indah. Numpang biar ndak mengganggu ketertiban umum. Lalu Lady Cempluk nyari yang jualan bencin eceran. Setelah jalan sekitar 200 meter, akhirnya Lady Cempluk nemu bensin. Senengnya bukan kepalang, seperti nemu air di musim kemarau. Wajahnya langsung sumringah.
“Bu, minta tolong beli bensinnya sekalian pinjem botolnya. Motornya mogok disitu,” sambil nunjuk lokasi motor.

Sabtu, 04 April 2015

Enggan Suudzon Meski Kepingin


BBM naik lagi? Gas naik lagi? Hah tunjangan beli mobil pejabat naik dua kali lipat??? Kenapa pak Presiden? Kenapa??? Huhuhuhu... Gak biasanya saya nulis tentang beginian. Saya galau. Pengen nanya gitu langsung ke yang bersangkutan. Dulu masa jadi wartawan, lebih mudah bertanya mengatasnamakan media tempat bekerja. Lebih puas. Sekarang? Nyari lewat media massa ya gak puas. Abisnya banyak framing sana sini. Nyari media online apalagi? Kagak percaya gw! Terlalu absurd. Udah absurd pake terlalu. Sungguh...

Minggu, 15 Maret 2015

Sate Kere yang Sugih!

      
Pertama kali berkunjung ke Solo, 2007 silam, Bapak saya minta wisata kuliner Sate Kere. Penasaran katanya, nonton Pak Bondan Winarno dengan wiskul nya, dulu kok enak sekali. Calon suami saat itu yang asli Solo, mengajak ke Sate Jeroan Sapi yang terkenal di Solo. Calonku yang paling cakep itu menunjukkan wujud nyata dari si Sate kere yang dimaksud. Adalah Sate Kere, merupakan Sate gembus. Yang terbuat dari ampas tahu. Gembus dipotong persegi panjang dan dimasak dengan bumbu bacem. Saat bapak menyantap sate kere, dahinya mengernyit. Bapak terus mengunyah sambil merasa-rasa, nyari letak kelezatannya. Hahahaha. Maklum, di Palembang tidak pernah makan gembus. Gembus gak ada di Palembang. Yang ada empek-empek. "Gimana pak?" tanyaku, "Kata Pak Bondan sih enak, Bapak lidahnya masih rasa empek-empek," katanya sambil tertawa. Hahahahaha

Selasa, 03 Maret 2015

Curhat ah, Bye-bye Baby Blues


Keluarga besar berbahagia karena kedatangan anggota baru yang lucu, imut dan menggemaskan. Iya adalah bayi. Manusia kecil yang paling suci. Keluarga, teman, kerabat pun bersuka cita menyambut kabarnya. Tak terhitung banyaknya kenalan yang datang tilik bayi. Semuanya bergembira dan mendoakan semua kebaikan pada bayi dan orang tuanya. Rumah diselimuti kebahagiaan. 

Beberapa hari dalam sukacita, tiba-tiba, sang ibunda si bayi ling-lung, disusul dengan kejang-kejang tanpa disertai demam. Kejadian tak lazim ini sontak membuatk keluarga kalang kabut. Cemas. Kuatir. Untuk sementara waktu, Ibunda terpaksa meminum obat penenang dan dilarang menyusui bayi mungil itu. 

Minggu, 01 Maret 2015

Nasi Liwet, Cabok Rambak, It's Solo!

Nah, ini dia Nasi khas Solo. Nasi Liwet. Beda dengan nasi uduk jakarta, nasi lemak melayu dan nasi gemuk Sumatera. Meski aneka nasi tersebut sama-sama dimasak dengan campuran santan. Nasi liwet ini memang menggunakan santan tapi minimalis. Gurihnya terasa tapi tidak ‘gemuk’- tidak nyata alias sumir. Justru kesumiran santan itulah ciri khasnya. Nasi yang minimalis itu ditemani dengan sambal jipang (labu siam), suwiran daging ayam kampung, telur dadar dikukus yang minimalis juga dan areh atau kumut (santan putih yang dimasak mengental) nyempluk di atas nasi liwet. Rasa yang sederhana itu berpadu dengan kumut, jipang dan telur dadar kukus menjadi rasa yang pas gurihnya. Makannya juga dengan pincuk daun pisang sambil lesehan.

Rabu, 21 Januari 2015

Bertualang Ke Gembira Loka

            30 Desember 2014  
            
              Libur telah tiba. Hore!!! Sejujurnya yang gembira dengan liburan ini sih, Emaknya. Wkwkwk. Kesibukan di pagi hari jadi lebih santai. Asiik. Ternyata Si Sulung belum paham tentang liburan sekolah yang seru ini. Dia rungsing setiap hari karena tidak sekolah. Katanya, “Sekolah lebih seru, bu.” Meski pun setiap hari saya buatkan kegiatan, tetap saja Si Sulung minta sekolah. Hadeh.


                Saya dan Si mbah, menyusun rencana mengajak liburan ke Gembira Loka, Jogjakarta. Kebetulan, anak-anak belum pernah ke kebon binatang. Kenapa Gembira Loka? Karena, Penguin. Ini alasan murni emaknya. Emaknya juga penasaran dengan penguin. Secara liat penguin cuma dari film “Happy Feet”. Alesan doang emaknya ini.

Minggu, 11 Januari 2015

Tablet oh Tablet, Kenape Engkau sekolah???


Wacana mengganti buku pelajaran dengan tablet dilontarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan. Pak menteri menyebutkan nya dengan e-sabak atau elektronik sabak. Sabak adalah alat tulis yang digunakan para pelajar Indonesia pada masa lampau. Jadi, para siswa akan menggunakan tablet saat belajar di kelas.

Seperti Ipin Upin (dalam bayangan saya). Sewaktu menonton episode Upin dan Ipin belajar di kelas dengan tablet ini, saya berpikir "Apakah sekolah-sekolah di Malaysia benar-benar menggunakan tablet dalam proses mengajarnya? Kalo iya sih canggih juga ya..." Episode tablet itu jadi favoritnya Si Sulung dan SI Bungsu apalagi lagunya "Bangau oh bangau, kenape engkau kurus?"... "Cem mane aku tak kurus, Ikan tak nak timbul". Dua bocah itu hafal lagunya sekaligus cengkok melayunya.

Lalu, si sulung bertanya: "Ibu, Ipin Upin belajarnya pake tablet, Mas boleh ya belajar pake tablet kayak ipin upin?"

"Upin ipin sekolahnya di Malaysia. Mas sekolahnya di Solo, Indonesia" jawab saya ngawur.

"Malaysia itu dimana sih bu? Mas mau sekolah di sekolahnya Ipin Upin saja ya,"

Ibunya langsung gubrak terus langsung ngubek isi rumah nyari peta.

Anak-anak jaman sekarang dari bayi usia 6 bulan, batita, balita, usia 6, 7 tahun mulai akrab dengan tablet. Anak teman-teman (hasil liat upload foto FB Friends), keponakan, anak sepupu sampai anak sendiri saja, udah temenan sama si tablet. Terus gimana bila tablet benar-benar dijadikan alat ganti buku pelajaran? Reaksi pro dan kontra pasti banyak lah ya. Apakah saya pro atau kontra??? Gak penting deh saya.

Bagi saya sendri bila wacana jadi nyata, gak masalah. Mau tidak mau, saat ini anak-anak sudah akrab sekali dengan tablet. Yang terpenting adalah pengarahan orang tua terhadap anak mengenai orientasi penggunaan tablet itu sendiri. Tablet bisa jadi positif jika digunakan untuk hal-hal yang positif. Lebih baik orang tua dan guru yang menjelaskan dan mengarahkan kegunaan alat teknologi ketimbang mereka cari-cari di warung tablet (gantinya warung internet suatu saat nanti ada kali ya).

Untuk memberi ancang-ancang saat masa e-sabak datang, mungkin trik ini bisa membantu. Cukup berhasil untuk membatasi Si Sulung tenggelam dengan tabletnya. Yang sekarang jatahnya hanya satu jam per minggu.

1. Selalu mengecek isi data di Tablet. Dan apa yang sering dimainkan, ditonton, didengarkan.

2. Tablet adalah milik orang tua dan anak-anak hanya meminjam. Hal ini penting sehingga anak- anak patuh dengan adab meminjam yakni mengembalikannya.

3. Menetapkan waktu meminjam tablet.

4. Menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapat izin meminjam tablet. Kalau Si Sulung, harus selesai mengerjakan tugas sekolah, bermain bersama, makan dan mandi sendiri (mandiri), sholat 5 waktu, dan setoran hafalan Quran.

Tablet sebagai anak kandung teknologi informasi perlahan akan jadi bagian dari kehidupan manusia di masa depan namun bukan berarti kita memusuhinya dari awal. Alangkah baiknya mengenalkannya sebagai tablet  yang 'baik' pada anak-anak, calon masyarakat teknologi. Canggih jika membayangkan tabletnya Si Sulung dan Si Bungsu isinya Al Quran sebagai alat bantunya menghafal Quran. Mereka pun terbiasa mendownload konten positif di tabletnya. Ala bisa karena biasa. Aamiin.

\


Kamis, 01 Januari 2015

Keluarga Marto Sosro Suwignyo Akhirnya Kumpul Lagi



Setelah menempuh perjalanan darat selama 7 jam -numpak travel Joglosemar dari Solo, saya, si sulung dan bungsu, dan Ibu tercinta tiba di Desa Gumiwang, Banjarnegara. Kata Ibu, desa ini adalah tanah kelahiran ibunya ibu (Mbah putri saya). Daerah yang baru saya kenal namanya dari pemberitaan tentang longsornya. Anak-anak yang gembira karena mereka tiba di desa. Pandangan kami memendar, mencecap, merekam memori kampung halaman si mbah. 

"Ibu, keinginanmu untuk pulang ke sini baru terlaksana sekarang," gumam Ibu perlahan. Matanya tampak memerah. Air mata menggenang namun enggan jatuh. Ah, saya pun merasakan kerinduan yang teramat sangat itu.