Semangat dan semangat banget deh ngikutin pelatihan batik
hampir sebulan lamanya. Semua ilmu diserap habis tak bersisa. Hiperbolis
keknya, Say. Ada satu ilmu yang nohok jiwa. Banget. Ilmu magis… Magisnya bukan
ilmu sihir atau kebatinan kayak gitu. Bukan…
Jadi ceritanya gini ya.
Saya kan anaknya gitu. Sok-sok bisalah. Nah, pas praktek
bikin batik tulis, pilih motif yang Parang. Sederhana namun elegan. Lha yo,
motifnya para raja, yak kan? Gampang nih… Cuma bikin S berjejer – jejer.
Suombong puol.
Sebelum nyanting, Saya bikin pola dulu di kertas, kemudian
dijiplak di kain mori (Kain bewarna putih). Sampai sini masih lancar.
Tiba saatnya nyanting, gaesss. Lalu, apa yang terjadi?
Gatot! Gagal Total, cyiin… HIks. Bukan S berjejer ternyata. Tangan ini harus
lentur membuat ritme ombak yang tak putus. Ibaratnya, nguler terussss. Dan
harus konsisten. Saya pun menyerah dalam perjalanan 1/100 baris. He eh, belum
dapet satu baris ris. Berhenti grakk. Setop. S T O P. Beralih ke motif
kontemporer alias sak karepku (semaumu sendiri aja).
Penasaran ini masih juga berlanjut pada praktek membuat
batik cap. Teteup milih motif parang. Gayaku puol songong pokoke. Sang tutor
memberi contoh dulu dalam mengecap. Sebelum menempel stempel baja pada kain,
ujung mori harus dilipat segitiga terlebih dahulu. Lalu dilanjutkan, nempel
lagi. Dan, ingat! Harus presisi. Tidak boleh geser 1 mm pun. Motif parang ini,
harus sempurna. Tidak tolerir pada kesalahan. Esensi motifnya bisa langsung
hilang.
Dan, gatot meneh, Say…
Sang tutor menjelaskan, motif ini memang paling susah.
Bahkan pengrajin batik yang mahir pun, jika membuat batik tulis motif ini butuh
sedikitnya 6 bulan lamanya. Sedangkan batik cap, harus konsentrasi tinggi,
karena tidak boleh salah sedikitpun.
Toyor wae, Pak yang songong. Guayane puol kae loh…
“Nyoh Pak, tooyor lah daku.”
Motif ini termasuk batik larangan.(Baca: Batik Larangan). Hanya Raja dan
keluarganya yang boleh menggunakan. Terutama Batik motif Parang Barong. Raja
hanya mengenakannya saat memimpin upacara sakral keagamaan. Konon, motif ini
diciptakan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman
jiwanya sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya, dan kesadaran sebagai
seorang manusia yang kecil di hadapan Sang Maha Pencipta.
Komposisi miring pada
parang menandakan kekuatan dan gerak cepat, yang dipercaya memberi kekuatan
magis pada batik bercorak parang itu adalah mlinjon, pemisah komposisi miring
berbentuk seperti ketupat.
Jika diperhatikan, corak itu berpola pedang. Menunjukkan kekuatan atau kekuasaan,
karenanya batik bercorak parang diperuntukkan para ksatriya dan penguasa.
Menurut kepercayaan, corak parang harus dibatik tanpa salah agar tak
menghilangkan kekuatan gaibnya.
Bukan hanya motif parang saja yang dipercaya ada unsur
magisnya. Beberapa motif batik lainnya juga dipercaya ada kekuatan magis. Salah
satunya, motif batik tambalan. Jika ada orang yang sakit, diselimuti dengan
batik tambalan, dpercaya cepat sehat kembali. Percaya gak percaya?
Lanjut baca ini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar