Senin, 01 Juni 2015

Kabar Mengejutkan di Sore Hari


Bendera merah berkibar di rumah tetanggaku. Kami (Saya dan Suami), terkejut tak percaya. Siapa yang meninggal? Rasanya kami tidak mendengar kabar apapun seharian ini. Baru menjelang Ashar tiba-tiba ada kabar itu.

Si Mbah, tetangga depan rumah yang menyampaikan kabar duka, jika Ibu Darsono, kembali pada Sang Ilahi zuhur tadi. Innalillahi Wainnailaihi Rojiun. Padahal beru kemarin sore kami bercakap-cakap dengannya. Saya sedang menyapu halaman depan dan beliau sedang latihan berjalan.



"Assalamualaikum Bu, Alhamdulillah sekarang jalannya sudah lancar, nggih?" Sapaku. Sebagai seorang penderita Stroke setahun yang lalu. Beliau menjalani terapi sendiri.

"Iya Mbak. Alhamdulillah. Saya masih semangat untuk latihan terus. Lihat sekarang saya tambah gemuk," katanya sambil tersenyum.

Tubuhnya memang lebih berisi. Wajahnya ceria. Kulit putihnya tampak bersinar di bawah sinar mentari pagi.

Aku salut dengan kegigihan pasangan Suami Istri ini bangkit dari Stroke. Beliau tidak terapi Stroke di Rumah Sakit. Keterbatasan ekonomi yang membuat mereka memutuskan terapi mandiri. Ibu Darsono terapi hanya dengan bantuan suami di rumah. Sang Suami menggendong Ibu keluar halaman untuk mendapat matahari. Stroke membuat Ibu Darsono lumpuh total. Untuknya, Sang Suami mengundurkan diri dari pekerjaannya dan merawat Istri tercinta. Setiap hari pasangan ini terlihat bersama. Ia memijat tangan dan kaki Istrinya dengan telaten. Sampai Sang Istri mampu menggerakkan tangan dan duduk sendiri suatu hari kemudian.

Sejak itu kegiatan pagi mereka adalah jalan-jalan dengan kursi roda. Pemandangan romantis yang mengharukan. Pria sangar berkumis tebal itu mempunyai hati yang sangat lembut, ternyata. Don't judge a book by a cover. Beneran. Pria 50 tahunan itu, melatih Istrinya berdiri di atas aspal tanpa alas kaki dengan sabar. Refleksi alami, katanya. Untuk merangsang saraf di kaki. Subhanallah, pada minggu berikutnya Ibu Darsono mampu berdiri sendiri dan kini latihan jalan, selangkah demi selangkah. Di seberangnya Pak Darsono mengulurkan tangan. Indahnya romantisme nyata ini...

Setahun berselang, Ibu Darsono mampu berjalan sendiri dan bicara dengan lancar. Seolah tidak ada bekas Stroke. Saya ikut bahagia dengan perkembangan kesehatan beliau. Keajaiban doa dan cinta yang mampu menguatkan mereka, saya pikir. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar. Perkembangannya setiap hari selalu mengingatkanku pada kuasa Sang Pemberi Kesehatan.

Bu Darsono setahun yang lalu menerima telepon dari seorang yang mengaku dari Kepolisian, mengabarkan bahwa putranya ditangkap karena kedapatan memiliki narkoba. Ibu terkejut dan jatuh ke lantai. Sayang, kepalanya membetur undakan di lantai. Benturan di kepala berakibat pembuluh darah di sekitar telinga dan kepalanya pecah. Beliau stroke. Kritis. Sedangkan putranya sedang bekerja di kantor dan baik-baik saja. Kejamnya kalian para penipu!!!! Tentu saja ia korban penipuan telepon kaleng.

Putra kesayangannya tidak beranjak dari ruang ICU. Ia membisikkan doa di telinga Ibu terkasih. Setelah tiga hari koma, matanya pun terbuka. Operasi segera dilakukan.

Mengingat perjuangan mereka dan penderitaan Ibu Darsono. Mengingat betapa sehatnya Ibu terakhir ku berjumpa. Rasanya tidak percaya dengan kehendak Sang Pemilik Kehidupan. Satu tahun itu menjadikan Ibu seperti Putri Kerajaan yang mempunyai Pangeran Cinta. Satu tahun yang menjadikan Bapak sebagai Suami yang Sholeh dambaan semua wanita. Tidak beranjak berpaling mencari cinta yang lain di saat wanitanya tak berdaya.

Kini, Suami sholeh itu terpekur melihat jenasah istri tercintanya. Matanya masih merah. Air mata masih terlihat di ujung mata.

"Saya sudah berusaha. Lihatlah dia sudah sehat. Dia senang karena bisa wudhu sendiri tapi belum bisa sholat berdiri. Dia senang membangunkan saya untuk sholat malam," ucapnya lirih.

Saya berusaha menahan airmata untuk tak menetes. Pria ini kehilangan belahan jiwanya. Pak Darsono melangkah lesu mengantar keranda belahan jiwanya menuju rumah abadi.

Telpon kaleng penipuan macam ini banyak sekali terjadi di lingkungan kita. Tapi lihatlah akibat terburuknya... Semoga tidak ada lagi korban seperti Ibu tetangga saya yang terbaik.

Semoga semua dosa Ibu diampuni-Nya, semua pahala ibadah dan kebaikan diterima-Nya. Dilapangkan dalam kuburnya dan ditempatkan di sisi terbaikNya. Dan semoga Bapak diberi kesabaran. Aamiin.




1 komentar: