Senin, 08 Juni 2015

Momswriter & Manajemen Waktu ala Ibu-Ibu, Talkshow IIDN Solo


Alhamdulillah, Talkshow Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) Solo dengan tema Momswriter & Manajemen Waktu ala Ibu-ibu di Bazar Buku Murah, Goro Assalam Hypermart, Kartasura Soloraya, Minggu (7/6) kemarin, berlangsung lancar. Ibu Siti Nurhasanah (Ketua IIDN), Ibu Nurul Chomariah, S.Psi (anggota IIDN), Ibu Noer Ima Kaltsum (anggota IIDN), Ibu Astutiana (anggota IIDN) sebagai narasumber dan Bunda Yuni (anggota IIDN) sebagai moderator.

Penampilan ini perdana loh, buat IIDN Solo. Untuk mengenalkan IIDN Solo kepada warga Soloraya terutama kaum Ibu dan perempuan. Bu ketua Siti Nurhasanah, menjelaskan bahwa IIDN Solo adalah bagian dari IIDN Pusat yang ada di Bandung dan didirikan oleh Teh Indari Mastuti. Komunitas ini untuk mewadahi para Ibu (Banyak juga calon istri dan calon Ibu yang bergabung), agar gemar menulis.

Seperti kata Bu Nurul Chomaria bahwa penulis itu karir yang pas disematkan kepada para Ibu. Karena jam kerjanya fleksibel. Seperti Bu Nurul yang menyepi di tengah malam untuk tak tik tuk,eh... nulis maksudnya. Rupanya Ibu-ibu cantik yang ada di panggung ini juga hampir sama. Kegiatan menulisnya dimulai saat malam hari. Kegiatan beberes rumah, ngurus anak-anak dan suami, memasak rampung baru deh, buka lappy... Satu, dua karya selesai. Kalau buntu, jalan-jalan sejenak di FB alias Facebook, eh... Tapi kalau Bu Noer Ima Kaltsum agak beda penyegarannya, yaitu ngurek-ngurek tanaman di kebun mungil belakang rumah.



Pengunjung yang dari tadi menyimak penuturan para narasumber langsung rebutan bertanya. Kebetulan semua penanya masih Mbak-mbak, alias lajang. Mungkin bisa jadi gambaran masa depan saat jadi calon istri seperti Mbak Sarah Mantovani, anggota IIDN yang cerdas, sudah jadi Master di UMS (Saya gak tau jurusannya). Menimba ilmu dari para Ibu, katanya. Lha? balik lagi ke acaranya. Fokus.

Nah, sesi tanya jawabnya begini:

Tanya:
Penanya :Mbak Awatul Hanifah dari Solo bertanya pada Bu Nurul Chomaria,
"Bagaimana Bu Nurul bisa mendapatkan ide yang unik-unik dalam menulis buku?".

Jawab:
Bu Nurul:
"Jadi Ibu itu harus pintar. Ibu adalah pencetak generasi. Semua pekerjaan di rumah kan yang mengatur Ibu. Jadi harus pintar mengatur waktu. Kalau soal ide-ide. Meskipun di dalam rumah tangga saja banyak sekali ide bertebaran. Contohnya konflik-konflik yang terjadi dalam keluarga. Ide saya menulis buku tentang karakter anak, idenya saya dapatkan dari menunggui anak sekolah di TK. Saya berasa sekolah S2 lagi saat itu. Karakter anak-anak lucu-lucu, ada yang maunya main bola tapi bolanya batu. pokoknya macam-macam. Konflik antara kakak-adik, konflik mertua-menantu, konflik suami-istri. Banyak sekali ide yang bisa diambil dari keseharian para Ibu di rumah."

Talkshow IIDN Solo di Goro Assalam Hypermart, Minggu (7/6)
Tanya:
Penanya: Mbak Titi, Salatiga
"Bagaimana caranya agar anak-anak sekolah TK-SD, bisa menulis dan menerbitkan buku cerita?,"

Jawab:
Bu Siti Nurhasanah:
"Agar anak-anak mau menulis tentnu dilatih menulis. Caranya dengan menuliskan hal yang dirasakan. Cerita tentang liburannya, teman-temannya atau imajinasinya. Menulis untuk anak-anak juga hanya semampu mereka. Misalkan satu paragraf cukup."


Tanya:
Latifah, Solobaru,
"Bagaimana mengatasi blocking. Saya sudah menulis judul dan satu paragraf awal lalu mentok. Pindah lagi. Buat judul baru, mentok lagi. Gimana caranya agar bisa menulis sampai selesai?"

Jawab:
Bu Noer Ima Kaltsum:
"Sebaiknya dalam menulis, kita membuat kerangka karangan lebih dulu. Jika sudah ada yang ditulis bagiannya, dicontreng, lalu pindah ke bagian lain,"
Bu Nurul juga menambahkan, "Dalam menulis harus fokus. Selesaikan dulu satu tulisan baru boleh pindah ke tulisan baru. Kalau tidak nanti gak ada yang jadi tulisannya."

Tanya:
Penanya: Indah, Solo,
"Bagaimana cara mengatasi kejenuhan?"

Jawab:
Noer Ima Kaltsum, "Kalau saya saatjenuh biasanya mengerjakan hobi dulu. Saya sukanya cocok tanam. Jadi ke kebun belakang rumah dulu, lalu kembali lagi menulis,"

ditambahkan Bu Nurul, "Bisa juga jalan-jalan ke Facebook teman-teman. Siapa tahu bisa dapat inspirasi. Seperti saya yang terinspirasi dari status FB mbak Ima, yang menuliskan bahwa hidup ini seperti lomba balap sepeda. Jangan berhenti dan melihat ke belakang. Sudah pasti, pembalap yang di belakang sudah melewati kita. Sama seperti menulis, kalau sudah menulis lanjut, fokus terus sampai tuntas. Jangan berhenti."

Tanya:
Penanya Ida, Pasca Sarjana UNS,
"Bagaimana dengan ide menulis tentang sekolah inklusi. Cara agar anak-anak bisa bermain dengan anak kebutuhan khusus? Dan bagaimana caranya memulai tulisan dengan kalimat pembuka yang baik. Seperti saya menulis diawali dengan 'pada suatu hari'?"

Jawab:
Nurul Chomaria:
"Saya memang belum pernah menulis soal inklusi. Dan tema inklusi juga belum banyak memang. Namun, kita juga tidak bisa memaksakan ide yang unik itu kepada penerbit. Karena sebagai bisnis, tentunya penerbit menginginkan untung. Jadi mengikuti selera pasar tepatnya. Tapi saya juga pernah menulis buku yang dari awal saya sudah pasrah bahwa buku ini tidak laku. Tentang Bagaimana Cara Menyayangi Anak Yatim. Saya tau temanya tidak diminati pasar. Kebetulan ada penerbit yang mau menerbitkan. Saya sampaikan pada pemiliknya bahwa saya pasrah kalau bukunya nanti tidak laku tapi saya merasa haru menuliskan ini. Ternyata penerbitnya pun berniat sama dengan sama. Sama-sama pasrah. Jadi tips nya, mencari penerbit yang satu ide, satu visi,"

Pertanyaan berikut dijawab oleh Bu Siti Nurhasanah:
"Untuk teknik penulisan, menulis itu sama dengan keterampilan. Harus dilatih terus menerus. Tulis saja terus sampai selesai. Setelah selesai, kita baca lagi tulisan itu. Baca dengan suara keras. Nah, nanti kita akan merasakan kalimatnya. Sudah enak atau belum. Kalau kita yang menulis saja ruwet membacanya apalagi orang lain. Tapi, dibaca ulangnya kalau tulisannya sudah selesai. Jangan per paragraf, nanti malah gak rampung-rampung,"

"Setelah tulisan selesai boleh dikirim ke media massa atau penerbit. Muka tebal saja kalau ditolak. Toh, mereka tidak kenal kita. Lagipula tidak mengapa ditolak. Pokoknya harus tetap usaha. Seperti lomba balap sepeda." Pungkas Bu Nurul Chomaria.

Acara dilanjutkan dengan pembagian doorprize berupa buku dari para penulisnya dan tak lupa foto bareng. Komunitas IIDN Solo terbuka untuk para perempuan, untuk menyebarkan virus menulis. Dengan menulis kita bisa meninggalkan jejak kehadiran diri di bumi ini.

"Tidak ada potensi yang sia-sia dengan menjadi Ibu saja. Potensi para Ibu, para perempuan bisa terus berkembang, lebih dan lebih lagi. Meningkatkan kualitas diri."

Yes, acaranya selesai. Dan ternyata Si Sholehah sudah bangun dari tidur cantiknya di pangkuan saya. Si Sholeh sih masih anteng selama di tangan masih pegang game, hmmmm.... Hayukkk ah, foto-foto dulu.

Tuh, Si Sholehah baru bangun tidur. Sholeh masih aja main game. *Caption gak penting nih. Hihihi. Semangat terus IIDN Solo. Semangat terus perempuan cerdas Soloraya!

8 komentar:

  1. awal yang luarbiasa semoga menjadi keberkahan dan kemajuan bersama,..makasih mbak zaky

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... Makasih kembali Mamah Cacan. Berharap Mamah bisa tampil di atas panggung juga. Menebarkan virus cinta, eh,,, virus menulis....

      Hapus
  2. besok terus diundang TA TV #ngarep banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Ima, sukses membuat kegaduhan di grup WA... Hmmmm.... hihihihi...

      Hapus
  3. Wah..reportasenya langsung terbit. Semangat nulis mb Zakiah...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Ika, mumpung masih fresh memorynya. Klo kelamaan mangkrak nanti malah erosi longsor memori. HIhihihi....

      Hapus
  4. amay tanya, "mama mana?"
    saya, "mama ngga ada... (muka sedih)"
    amay: "kasihaaan mama..." sambil elus-elus.. hehe

    BalasHapus