Botol Minum Warna Kuning
Dua
jam lagi akan mendarat kembali ke Indonesia. Dia memandangi botol minum kuning.
Airnya habis. Pria itu menuangkan air di botol mineral ke dalam botol kuning. Glek glek glek! Senyumnya mengembang. Segar!
Dua
tahun lalu, saat ia meninggalkan tanah kelahirannya. Tak ada ikatan hati. dia meninggalkan dua gundukan tanah orang yang melahirkannya pun biasa saja.
Justru ia enggan kembali ke sana.
Dua
tahun lalu, teman masa kecilnya muncul. Gadis itu tergugu melihat si pria
tanpa air mata menghadap gundukan tanah. Kata gadis itu, si pria kesepian.
Hahaha, mereka tertawa bersama. Gadis itu berkata akan menemani dan
menghiburnya.
Dua
tahun lalu, si gadis menemani hari-hari pria itu. Dia sering bertingkah konyol.
Dia selalu mengeluarkan jurus srimulat, habis itu si pria bisa tertawa
terpingkal-pingkal.
Gadis
itu selalu penuh semangat. Dia yang mendorong si pria untuk mengambil tawaran
pendidikan gratis di negeri bergurun. “Entahlah, hidupku ini
sangat mudah. Tanpa kuminta, semua hal yang diinginkan orang lain bisa
kudapatkan.” Si gadis hanya tertawa. “Maka kau harus bersyukur. Aku yang
berusaha mati-matian pun tidak bisa mendapatkannya. Mungkin keberuntunganku
dirampok olehmu. Kamu berhutang padaku!” Gadis itu mengajak si pria kembali
bersujud. Bersyukur.
Sebelum
tinggal landas, si gadis memberinya botol minum berwarna kuning. Agar tidak
kehausan, di gurun airnya sedikit. “Akankah aku jadi spesial nanti?” tanya
gadis itu. Sayang, hati pria itu masih dingin. Selama dua tahun ini, botol minum
kuning selalu ada menghilangkan semua hausnya.
Senja
di atas awan, terasa hangat di pipi pria itu. Botol minum warna kuning basah.
Mengembun. Tangannya menghangat.
“Hai!
Surprise! Aku sudah di Indonesia! Aku pengen ketemu, jemput di kantor, ya?”
“Haiii!
Alhamdulillah! Ayuk ketemuan, di tempat biasa saja.”
Pria
itu menggenggam botol minum warna kuning. Dia menyiapkan banyak oleh-oleh dan
segelas es krim yang hampir meleleh. Es krim kesukaan gadis. Juga sebentuk hati yang hangat.
Pria
itu tersenyum merasakan kehangatan si gadis yang berjalan pelan. Ah, biasanya gadis
itu jalannya secepat kilat. Si pria mulai tak sabar. Ia segera menyongsong
gadis yang kini spesial. Gadis itu berjalan sangat hati-hati menghindari genangan air
akibat hujan barusan. Sambil memegang perutnya, gadis itu melompat kecil.
Sampai di tempat, gadis
itu celingak-celinguk kebingungan. Ia hanya mendapati es krim yang meleleh dan
botol minum warna kuning yang mengembun. Dingin.
Solo,
21 September 2015
#359 kata
terima kasih..............sayang
BalasHapusMmuahh
Hapus