Senin, 21 September 2015

Botol Minum Warna Kuning



Botol Minum Warna Kuning

Dua jam lagi akan mendarat kembali ke Indonesia. Dia memandangi botol minum kuning. Airnya habis. Pria itu menuangkan air di botol mineral ke dalam botol kuning. Glek glek glek! Senyumnya mengembang. Segar!

Dua tahun lalu, saat ia meninggalkan tanah kelahirannya. Tak ada ikatan hati. dia meninggalkan dua gundukan tanah orang yang melahirkannya pun biasa saja. Justru ia enggan kembali ke sana.


Dua tahun lalu, teman masa kecilnya muncul. Gadis itu tergugu melihat si pria tanpa air mata menghadap gundukan tanah. Kata gadis itu, si pria kesepian. Hahaha, mereka tertawa bersama. Gadis itu berkata akan menemani dan menghiburnya.

Dua tahun lalu, si gadis menemani hari-hari pria itu. Dia sering bertingkah konyol. Dia selalu mengeluarkan jurus srimulat, habis itu si pria bisa tertawa terpingkal-pingkal.
Gadis itu selalu penuh semangat. Dia yang mendorong si pria untuk mengambil tawaran pendidikan gratis di negeri bergurun. “Entahlah, hidupku ini sangat mudah. Tanpa kuminta, semua hal yang diinginkan orang lain bisa kudapatkan.” Si gadis hanya tertawa. “Maka kau harus bersyukur. Aku yang berusaha mati-matian pun tidak bisa mendapatkannya. Mungkin keberuntunganku dirampok olehmu. Kamu berhutang padaku!” Gadis itu mengajak si pria kembali bersujud. Bersyukur.

Sebelum tinggal landas, si gadis memberinya botol minum berwarna kuning. Agar tidak kehausan, di gurun airnya sedikit. “Akankah aku jadi spesial nanti?” tanya gadis itu. Sayang, hati pria itu masih dingin. Selama dua tahun ini, botol minum kuning selalu ada menghilangkan semua hausnya.

Senja di atas awan, terasa hangat di pipi pria itu. Botol minum warna kuning basah. Mengembun. Tangannya menghangat.

“Hai! Surprise! Aku sudah di Indonesia! Aku pengen ketemu, jemput di kantor, ya?”
“Haiii! Alhamdulillah! Ayuk ketemuan, di tempat biasa saja.”
Pria itu menggenggam botol minum warna kuning. Dia menyiapkan banyak oleh-oleh dan segelas es krim yang hampir meleleh. Es krim kesukaan gadis. Juga sebentuk hati yang hangat. 

Pria itu tersenyum merasakan kehangatan  si gadis yang berjalan pelan. Ah, biasanya gadis itu jalannya secepat kilat. Si pria mulai tak sabar. Ia segera menyongsong gadis yang kini spesial. Gadis itu berjalan sangat hati-hati menghindari genangan air akibat hujan barusan. Sambil memegang perutnya, gadis itu melompat kecil.
Sampai di tempat, gadis itu celingak-celinguk kebingungan. Ia hanya mendapati es krim yang meleleh dan botol minum warna kuning yang mengembun. Dingin.

Solo, 21 September 2015


#359 kata

2 komentar: