Selasa, 26 Agustus 2025

Caraku Keluar Dari Depresi

Topik tentang kesehatan mental, jadi trending belakangan ini. Saya mulai aware sama kesehatan mental itu sejak gempar berita Ibu membunuh anak-anaknya di Bandung sekitar tahun 2006. Diduga Ibu itu babyblues dan depresi. 

Jadi sebelum nikah dan punya anak Saya sudah mempersiapkan diri untuk mencegah babyblues ini. Saya sudah menyusun begitu banyak rencana, begini dan begitu. Namun, ketika sesaat setelah melahirkan... Jeng, jeng, jeng, situasi dan kondisi terjadi di luar kendali. 

Rencana yang telah tersusun, jadi ambyar. Begitu banyak keputusan yang diambil tanpa pertimbangan matang. Nah, hal-hal itu yang kemudian Saya rasa berkembang jadi perasaan babyblues dan depresi. Saya hanya 'merasa' saja, karena memang gak pernah periksa.  Jadi gak ada diagnosa dari psikolog atau psikiater. 



Saya menyadari ada yang tidak beres dengan diri ini, setelah 7 tahun menjadi Ibu. Saya, menjalani Long Distance Marriage (LDM), yah pasangan mungkin tidak paham apa yang bergejolak dalam diri istrinya. Hingga suatu hari, Saya melihat foto diri jaman dulu yang sedang tertawa dan berfikir, 'Kapan terakhir kali aku tertawa kayak gini ya?' Semakin mengingat-ingat, malah air mata yang mengalir. Saya bertanya dalam ke diri sendiri, "Mengapa nangis? Apa yang ditangisi?' Semakin menggali memori, tidak juga menemukan jawabannnya, kemudian ta simpulkan bahwa; 'Ada yang gak beres dalam diri Saya'.

Gejala 'Tak Beres"

Pertama - Mood Swing
Saya mengurus anak-anak tanpa bantuan ART dan babysitter, jadi semua hal Saya kerjakan sendiri. Saat mengerjakan ini dan itu, Saya bisa mengerjakannya dalam iklas dan senang hati. Eh, menit berikutnya, hanya melihat sesuatu yang tidak sesuai tempatnya Saya bisa ngamuk, dan melampiaskannya ke anak-anak. Setelah, itu menyesal. 'Padahal cuma hal kecil aja kenapa bisa ngamuk?' Kasian anak-anak. Di detik lain, mood nya bisa menangis bombay berderai air mata seperti orang yang paling menderita di dunia. 

Kedua - Badan Nyeri dan alergi kambuh nonstop '
Badan rasanya ngilu dan nyeri, ada saja tempat nyerinya. Katanya orang-orang itu namanya remaja jompo. Jika tak bisa nahan nyerinya, solusinya minum paracetamol. Mungkin saja nyeri itu datangnya dari alergi eksim yang tak berjeda. Sebagai penderita eksim, mungkin ada yang sama - tak bisa sering kena sabun. Nyuci piring, nyuci baju, nge pel semua pake sarung tangan. Tapi masih kambuh eksimnya. Makan juga tidak seafood dan ikan asin, tapi masih juga kambuh. Bahkan wudhu pun jadi tantangan karena kena air tuh rasanya pedih. 

Kedua - Malas Ngaca
Malas ngaca, kok ngaruh ta? Iya... Soalnya sebelum menikah, Saya tuh hobinya ngaca. Entah sejak kapan jadi malas banget liat kaca. Saya merasa, orang yang ada di kaca itu bukan Saya. Sudah merasa jaid orang yang jelek sedunia.

Ketiga - Lupa Rasanya Tertawa
Tertawa mungkin respon manusia terhadap sesuatu yang lucu. Sepele. Karena semua orang juga tau hal itu. Namun, ternyata kita butuh tertawa. Tertawa bisa meningkatkan mood, imunitas, melancarkan peredaran darah, membuat kita berpikiran positif dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah. Waktu itu Saya merasa lupa bagaimana rasanya tertawa yang lepas hingga menimbulkan gelombang bahagia yang menenangkan. 

Keempat - Tak Berdaya
Saya merasa selalu kehabisan energi. Saya merasa selalu mengantuk tapi susah tidur. Begitu lepas magrib atau Isya, 'Plop', mata langsung terpejam. Saya sampai tidak tau jam berapa anak-anak tidur. Hal yang menjadi penyesalan di kemudian hari. 

Kelima - Hilang Hasrat Untuk Hidup
Perasaan ini bukan yang ingin mengakhiri hidup begitu, tapi seperti perasaan yang 'burn out'. Bangunan luar yang terlihat hidup namun di dalamnya kosong terbakar. Hidup  yang hanya menjalani saja karena masih diberi hidup, tapi tidak ada gairah dan semangatnya. 

Saya sempat berpikir ke psikolog sekedar konsultasi tapi jaman 10 tahun yang lalu, belum masuk dalam cover bpjs. Katanya sekarang ada layanan psikologi di PUskesmas ya? Jadi yang Saya lakukan adalah berdoa pada Allah, "Ya Allah, Hamba merasa ada yang tidak beres dalam diri ini. Tapi Saya ga tau apa dan bagaimana cara mengatasinya. Berilah petunjukMu," 

Dalam perjalanannya, saya dipertemukan dengan jawaban dari permasalahan:

Dokter Baik

Eksim yang tak ber-jeda lama-lama menyiksa fisik dan mental. Sakit ya karena gatal dan nyeri apalagi jika sudah basah (menyenyeh) dan menurunkan kepercayaan diri. Rasanya malu apabila bertemu dengan orang, karena eksimya di hampir semua jari tangan. Saat konsultasi dengan Dokter Wito Spesialis Kulit di Rumah Sakit Kaish Ibu, Solo. Ndilalahnya, waktu konsultasinya lama karena semi curhat. Tumben banget dapet dokter yang gaya komunikasinya seperti ini. Satu pesan

nya yang terngiang,"Musabab alergimu ini ya dari stres dan pikiran. Mbok make baju astronot dan makan cuma sayur buah tok, ya bakalan kambuh terus alergimu kalau pikiranmu tidak dibenahi," Beliau meresepkan salep dan bilang "Nek mulai gatel jangan digaruk, oles aja salepnya," 

Pulang dari sana, Saya mulai mikir. Lah wong namanya manusia hidup yang pasti mikir dan stres, kayaknya wajar aja kan? Terus gimana caranya memperbaiki pikiran dan stress?

Yoga -Terapi Jiwa 

Saya dipertemukan dengan teman yang ngajak olahraga Yoga. Dengan rutin yoga, Saya bisa mengolah nafas dengan baik. Nafas jadi lebih panjang tidak lagi pendek yang membuat nafasnya jadi sesak. Gerakan lembut, pernapasan dalam dan konsentrasi pada gerakan, menenangkan stress. Saat otot yang dilatih, nyeri yang sering terasa jadi lepas berkurang. Setelah latihan yoga, tubuh yang lelah mungkin ya membuat Saya jadi lebih mudah tidur dan bangun dengan lebih segar. 

Saat melakukan yoga, ada gerakan yoga yang tidak bisa Saya lakukan karena otot yang lama tidak dilatih. Apabila dipaksa untuk mencapai gerakan yang dimaksud malah membawa tubuh jadi cedera. Maka, Saya menghargai dan menerima kemampuan diri. Secara tidak langsung membuat diri ini, menerima kekuarangan dan bersyukur atas-nya. 

Perpaduan gerakan, pernapasan dan konsentrasi membuat hati lebih ringan dan pikiran lebih fokus dan lapang. Dengan rutin yoga, Saya merasa mood jadi lebih terkendali. 

Ilmu Alam Bawah Sadar

Kakak Saya tiba-tiba ngajak ikut pelatihan energi alam bawah sadar. Banyak ahli neurosains yang mengatakan bahwa 95 persen kehidupan terpengaruh dari alam bawah sadar ini. Alam bawah sadar itu seperti program otomatisisasi dalam tubuh yang merekam semua pengalaman dan emosi positif atau negatif, Luka batin, trauma, pola asuh orang tua, atau nasihat yang sering di dengar. Alam bawah sadar menyimpan reaksi cepat seperti takut, marah, atau senang sebelum logika sempat bekerja. 

Hmmm, Saya tidak bisa bicara banyak dan dalam tentang hal ini. Hanya Saya merasakan manfaatnya setelah pelatihan tersebut. Memang tidak cukup rasaya kalau hanya mengandalkan niat saja tapi juga perlu 'memprogram ulang" alam bawah sadar dengan kebiasaan baru, afirmasi positif, doa, dan lingkungan yang mendukung. 

Beberapa cara untuk melatih alam bawah sadar seperti:

- Afirmasi Positif
 Ucapkan kalimat positif berulang-ulang setiap hari. Ucapkan terutama sebelum tidur atau setelah bangun tidur, karena saat itu bawah sadar lebih terbuka.\
- Visualisasi
  Bayangkan dengan detail apa yang ingin dicapai (misalnya pekerjaan impian, kondisi tubuh sehat, keluarga harmonis). Gunakan imajinasi seolah- olah itu seudah terjadi, lengkap dengan rasa syukur dan emosi positifnya. 
- Pernafasan
Duduk tenang, fokus pada nafas. Saat pikiran tenang, pesan atau atau sugesti akan lebih mudah masuk ke bawah sadar. 
-Syukur dan Doa
Rasa syukur membuat bawah sadar lebih terbuka pada hal-hal baik. Daalm islam, doa dan zikir juga bisa menjadi cara mengisi bawah sadar dengan energi positif.

Perasaan semacam depresi mengkin membuat hari terasa gelap, tapi selalu ada cahaya yang bisa kita temukan. Dengan yoga, Saya belajar tenang, dengan melatih alam bawah sadar Saya belajar berharap. Dalam memulihkan kesehatan mental ini memang tidak bisa cepat. Atau nampak secara kasat mata. Perjuangan itu butuh waktu tapi setiap nafas adalah langkah kecil menuju hidup yang lebih damai. Yoga dan ilmu bawah sadar mengantarku pada rasa syukur atas nafas yang baiik membawa jiwa yang tenang. 

Minggu, 24 Agustus 2025

"Orang dengan Masalah Kejiwaan butuh kita sebagai teman," - Kisah Triana Rahmawati, perempuan dibalik Griya Schizofren

Pada 17 Agustus lalu, semarak kemerdekaan dengan bendera merah putih dan pernak perniknya, kental terasa di Griya PMI Surakarta, rumah bagi ODGJ terlantar. Apalagi teman-teman komunitas dari Griya Schizofren menggelar berbagai lomba khas peringatan kemerdekaan Indonesia. Ada lomba meniup gelas, lomba memecah balon dengan topi di kepala, dan lainnya. Para warga antusias mengikuti lomba-lomba itu. Bahkan terlihat senang gembira saat menerima hadiah lombanya. 

 


Menurut Triana Rahmawati, Pendiri Griya Schizofren Solo, kegiatan yang dilakukannya bersama warga griya tersebut, bertujuan mengembalikan fungsi sosial masyarakat kepada mereka. Karena, stigma negatif yang melekat dimasyarakat meminggirkan ODGJ. Bahkan tak dianggap benar-benar ada. “Mereka ini membutuhkan kita. Di sini kita peduli dan memerhatikan bukan sebagi psikolog atau dokter tetapi sebagai teman,” tutur Triana. Ia menceritakan kisahnya bersama Griya Schizofren dalam acara workshop fotografi dan bincang inspiratif, "Satukan Gerak Terus Berdampak", Kamis (21/8) di SMG (Solopos Media Grup), Solo. Triana berbicara sebagai tokoh inspiratif.

 

Siapa Triana Rahmawati?



Triana Rahmawati

Triana bukanlah psikolog, bukan psikiatri, bukan pula pejabat besar. Ia hanyalah seorang perempuan biasa alumnus Sosiologi UNS yang bertekad besar memberi energinya dan perhatian kepada orang-orang dalam masalah kejiwaan (ODMK). Bisa dibilang Triana mendirikan komunitas Griya Schizofren ini dengan modal nekat. Ia tidak memiliki dasar ilmu laiknya psikolog atau psikiatri, ia hanya bermodalkan dasar ilmu sosial-nya. Karena dasarnya, manusia adalah mahluk sosial. Dengan melakukan pendekatan humanis, ia berupaya mengembalikan fungsi dasar manusia layaknya di dalam masyarakat - mempunyai teman, didengar, dihargai, bermain. 

Awalnya dulu, sekitar 2012, saat Ia mahasiswa, melakukan kegiatan sosial di Griya PMI, hatinya tersentuh melihat warga di sana. Rasanya seperti bahagia berkegiatan bersama mereka. Kemudian, Triana mengunjungi mereka secara rutin. Kadang membawa buah, kegiatan seperti menggambar, melukis, atau sekedar ngobrol sebagai teman. Pada akhirnya, ia mendirikan Griya Schizofren, agar lebih mudah mengajak orang lain dalam keiatan ini. Dalam perjalanannya, Triana berhasil menggerakan hati banyak orang untuk ikut serta jadi relawan di Griya Schizofren.

Jejak Kemanusiaan

Griya Scizofren ini bukan ditujukan hanya untuk penderita skizorenia saja tapi juga orang dengan masalah kejiwaan (ODMK). Belakangan ini, Griya Schizofren juga sering diminta bantuan untuk mendampingi mereka yang merasa bingung terhadap dirinya. "Mereka bingung harus datang kepada siapa untuk menjelaskan tentang masalah kejiwaan mereka. Salah satunya takut dengan stigma negatif di masyarakat kemudian minta pendampingan ke Griya Schizofren," tutur Triana. Sesuai namanya,  Griya schizofren ini, berasal dari Sc untuk Social (Sosial), Hi untuk Humanity (Kemanusiaan) dan Fren untuk Friendly (Teman). Griya Schizofren menjadi tempat untuk menyalurkan kepeduliannya kepada orang dengan masalah kejiwaan.

Meski sekarang sudah Griya Schizofren sudah berjalan belasan tahun, Triana sempat mengalami keputus-asaan dan kelelahan. Ia berkata pada suaminya ingin berhenti dari kegiatan di Griya Skizofren ini, karena selain Lelah mereka juga sedang bergelut dengan ekonomi yang masih labil. Beruntung saat itu semesta tidak mengizinkan, Triana diganjar hadiah sebagai penerima SATU Indonesia Award 2017 di bidang Kesehatan. Uang sebesar Rp. 70 juta menjadi modalnya tetap meneruskan perjuangan bersama Griya Schizofren. Sejak itu Astra tak berhenti mendukung Upaya Triana Rahmawati berkegiatan sosial terutama fokusnya dalam pendampingan ODMK.

 “Kalau ditanya mengapa mau konsisten sampai saat ini? Jawabannya karena aku juga punya jiwa. Mereka mengajarkan aku untuk bersyukur,” kata Ibu dua anak ini.

Setelah menerima apresiasi penghargaan itu, Triana tersadar dengan panggilan jiwanya. Bahwa kegiatan sosial, keinginan untuk berbagi Adalah isi dari jiwa Triana. Sang suami yang memahami dirinya dengan baik justru jadi pendukung utama. Triana kemudian mengembangkan kegiatan sosialnya dengan menginisiasi Happines Family, yaitu program beasiswa asrama mahasiswa dengan tekad memberikan kontribusi terbaik kepada masyarakat. 

Sampai sekarang, sudah banyak penerima beasiswa Happines Family, yang berhasil menyelesaikan sekolahnya. Triana melanjutkan upayanya dengan edukasi kepada keluarga dengan ODMK. Pendampingannya bertujuan untuk menguatkan keluarga dalam mendukung dan merawat ODMK.  “Pengobatan terbaik bukan berada di Rumah Sakit Jiwa atau di panti tapi Bersama keluarga mereka. Dengan keluarga yang cukup paham dengan informasi mengenai ODMK ini, memungkinkan ODMK untuk hidup lebih baik,” tutur Tiana.

Triana adalah definisi from zero to hero. Seseorang yang bukan siapa-siapa, yang tak punya apa-apa, hanya hati yang tulus memberi cinta , empati dan penerimaan. Bahwa di balik label 'jiwa yang sakit', selalu ada manusia yang ingin dimengerti. Terimakasih atas cerita inspiratifnya Triana... 

 


Kalau kita bisa menerima perbedaan fisik seseorang, mengapa tidak bisa menerima perbedaan jiwanya?





 


Jumat, 13 September 2024

Hidup Ketiga Andaru dan Aruna.

Judulnya 'Hidup Ketiga', jadi novel ini memang menceritakan tentang reinkarnasi dari kehidupan dua orang yang bernama Andaru dan Aruna. Dalam kisah ini, Andaru dan Aruna adalah dua manusia yang saling jatuh cinta. Namun percintaan keduanya sudah tentu ditentang oleh keluarga Aruna. Tentu saja karena perbedaan status sosial mereka. Pada jaman itu, ceritanya Andaru dan Aruna hidup dalam masa era kerajaan-kerajaan di tanah jawa. Tersebutlah Aruna adalah anak dari Mahapatih sebuah Kerajaan.

Sedangkan Andaru adalah seorang budak yang bertugas sebagai pelayan kakaknya Aruna. Alurnya sampai di sini mudah ditebak. Romantisme dua orang yang sedang jatuh cinta. Kucing-kucingan untuk bisa bersama secara diam-diam. Hingga akhirnya mereka melarikan diri dari istana dan menikah di sebuah kuil yang jauh dari kerajaan mereka. Sempat beberapa waktu mencecap bahagianya hidup bersama, prajurit Ayah dari Aruna berhasil menangkap Andaru. Meskipun Aruna menangis, menjerit, memohon dan bersujud pada Ayahnya, Andaru tetap dieksekusi mati oleh Ayah Aruna. Sebelum mati, Andaru sempat disiksa dan dipermalukan disaksikan rakyat kerajaannya. Aruna meraung memeluk jasad Andaru. Dalam tangisannya, ia meminta semesta untuk mempertemukan mereka kembali. Dan, semesta pun mengabulkan permintaan Liana. 

Nah, alur ceritanya menarik di sini. Justru semesta memberi keistimewaan pada Andaru, ia bertemu 'malaikat maut'. Dalam hidupnya Andaru mengalami hidup yang tidak adil. Banyak plot twist dalam cerita kehidupan Andaru. Hingga semesta memberi kesempatan pada Andaru untuk bisa reinkarnasi dan dibekali ingatan dari kehidupannya dari masa lalu. 

Akhirnya Andaru dan Aruna bertemu di masa modern namun dengan kehidupan yang berbeda. Tapi, pertemuan mereka tentu saja tidak mulus. Karena Aruna lupa dengan kehidupannya di masa lalu. Bahkan sudah memiliki kekasih lain. Sedangkan Andaru hanya punya sisa waktu satu tahun lagi untuk bisa bersatu dengan Aruna lagi. Apabila Andaru melewati tenggat waktu itu, ia akan mati di usia yang sama saat ia mati pertama kalinya. Dan, kehidupan ketiganya ini adalah kesempatan terakhir kali reinkarnasinya. 

Perjalanan kisah Andaru dan Aruna ini sudah masuk bab ke 153 di platform Fizzo, aplikasi baca novel online. Jalan ceritanya terkesan lambat tapi menyentuh hati di setiap bab-nya. Karena, penulis menyajikan kisah hidup dan pergolakan batin tokoh Andaru dan Aruna secara rinci, tapi tidak membosankan. Novel ini masih on going. Cuss dicari judul novelnya Hidup Ketiga Andaru dan Aruna, penulis Daffo Azhar. 




Jumat, 30 Agustus 2024

Kakak-Adek Beda Sekolah, Yes or No


Waktu begitu cepat berlalu...

Anak-anak sekarang masuk fase remaja. Anak pertama sudah SMA dan yang kedua sudah jadi anak SMP. kalau dulu pas SD, kedua anak ini sekolah di tempat yang berbeda/ Nah, pas SMP anak kedua sekolah di SMP yang sama dengan kakaknya. Karena mereka beda 3 tahun, maka si adek masuk SMP, eh si kakak pindah sekolah ke SMA. Jadinya ya gak satu sekolah lagi. 

Kali ini, aku pengen cerita ternyata beda sekolah waktu SD dulu itu gak bisa dibilang apik dan gak juga dibilang buruk. Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Kalau secara umum saja nih, sekolah si kakak itu termasuk dalam sekolah elite di kotaku. Jadi, anak-anak yang sekolah di sini kebanyakan berasal dari keluarga golongan menengah atas. Untuk soal pendidikan, sekolah ini lumayan baik. Di sini, ada guru yang fokus dengan pelajaran tambahan untuk anak-anak yang bersiap ikut olimpiade. Dan , selalu sigap memberi informasi tentang lomba-lomba. Hal ini memudahkan anak dan orangtua untuk mengasah kemampuanya. Namun, di sisi lainnya, sekolah ini juga punya konsekuensi lain dari siswa-siswanya. Yaitu, konsekuensi pergaulan siswa dari anak-anak borju. Bagi orangtua yang kemampuan finansialnya pas-pasan saja buat bayar spp-nya ngos-ngosan, mundur Wir! Kalo kamu maksa, konsekuensinya anak kita akan merasak jadi kayak 'Orang termiksin'. Sepatu, peralatan sekolah, gadget, sampe liburan aja nih mereka ceritain, ya namanya aja anak-anak ya. Misalnya gini, 'Liburan kemarin kamu kemana?" "Aku kemarin aku umroh sama mama papaku," atau "Aku ke Singapura doang," ada yang merendah "Aku cuma ke Bali aja," lalu giliran anak kita, "Aku di rumah aja. gak kemana-mana" eh itu juga cuma diucapkan dalam hatinya. 

Sebenarnya konsekuensi pergaulan itu bukan masalah besar ya kalau anak kita bisa menyikapinya dengan baik. Atau tipe anak yang percaya diri, cuek, dan pandai membawa diri dalam pergaulan. Sebaliknya tuh, kalau anak kita tuh, tipe yang sensitif, melankolis, jadi minder dan rendah diri. Aduh duh, sedih ah... Jadi berasa alien di antara teman-temannya. Padahal di masa-masa itu, mereka sedang membangun karakter dan kepribadian dirinya. Hal itu yang terjadi pada si kakak... Ia memendam segala rasa itu hingga kelulusan dari SD. Sebagai Ibu, sudah setiap hari nanya-nanya ke dia, Sekolahnya gimana? Temannya baik gak? Hari nii happy gak? Pokoknya segala tip parenting masa itu kayaknya aku ikutin deh. Dia selalu jawab, I'm happy, Aku lupa, Ya begitu deh... Hemmmm... Dari jawabannya aku anggap dia baik-baik saja. Toh, prestasinya juga baik, beberapa kali menang di olimpiade, lomba dan nilai di rapotnya tiap tahun membaik. Siapa yang tau apa yang ada dalam hatinya?


Saat kami ngobrolin sekolah lanjutan -mau ke SMP Swasta atau SMP Negri. Eh, jawabannya malah gak mau sekolah formal. Maunya homeschooling aja. Hah? Kok malah homeschooling? Ternyata eh ternyata, katanya si kakak dia merasa sedih selama di sekolah karena tidak ada teman, sering dikata-katain temannya karena hp nya jadul (pake hp aku karena dia belum ada hp sendiri), bahkan no wa ku dikeluarkan dari grup wa kelasnya karena pake no.wa orangtua. Meskipun ada guru di kelas, tapi sang guru diam saja. 

Shock. Itulah perasaanku saat itu. Sedih dan menyesal sekali. Karena sebelum mutusin si kakak sekolah disitu, aku berkali-kali survei, tanya sini sana. Sekolahnya juga termasuk sekolah terbaik yang kuharap bisa mendidik anakku berkembang dan tumbuh dengan baik. Yah memang sekolahnya baik sih kalau hanya dilihat dari laporan keberhasilan akademis, dengan moto 'Semua anak pintar', 'Sekolah tanpa diskriminasi'. Semuanya hanya sekedar slogan bergula-gula. Aku melewatkan adanya konsekuensi dari pergaulan anak-anak 'elite'. PSatu lagi penyesalanku, mengapa si kakak memendam sendiri. Tak pernah ia ceritakan hari-hari sedihnya itu. Apa mungkin karena si kakak ini laki-laki ya jadinya ngirit curhat.

Setelah ngobrol panjang lebar, dan sempat juga konseling psikolog. Karena si kakak jadi rendah diri dan menolak bergaul dengan orang lain di luar keluarga. Dia tidak mendapat kekerasan fisik, tapi efek dari kekerasan verbal dan pengucilan itu bisa menjatuhkan mentalnya. So sad. 

Akhirnya, si kakak sekolah di SMP Negri dekat rumah. Perlahan, mentalnya pulih kembali. Tentu dengan proses yang tidak singkat. Katanya dia lebih nyaman bergaul dengan teman-temannya yang notabene latar belakang ekonominya hampir sama. Tidak ada jurang perbedaan yang terlalu dalam. Yah, kalau saling cerita tentang liburan mereka, kebanyakan itu jalan-jalan ke umbul ponggok. Alias deket-deket Soloraya aja. Untuk SMA nya juga negri lagi. 

Sekarang pindah cerita ke Adiknya yang dulu sekolah di SD yang beda. Secara perspektif SPP sebenarnya, 11-12 sama si kakak. Tapi, karena sekolahnya berbasis sekolah alam, jadi perbedaan ekonomi di sekolah ini tidak jadi masalah. Mereka sekolah dengan santai sekali. Seragam sekolah si adek, kaos bersablon sekolahnya, ada hari bebas seragam dan juga boleh sekolah pakai sandal saja. Si adek tidak mengalami yang namanya konsekuensi pergaulan kelas atas. Meskipun teman-temannya juga berasal dari keluarga yang financialnya mapan tapi kayaknya mereka jarang cerita tentang 'kepemilikan benda mahal'.  Adek dan teman-teman lebih senang bermain bersama.Kalau hujan, mereka hujan-hujanan bareng, mereka bebas berekspresi di alam. Si adek tiap hari berburu ulat bulu, kadal, berburu ikan guppy di selokan, main lumpur, setiap waktu adalah bermain bagi mereka. Si adek setiap hari happy di sekolahnya. She has friends, has great time, she had lot of great memories.

Tapi, tetap ada tapinya... Adiknya ini sangat menikmati bersekolah di sekolah alam. Katanya karena sekolah di sini banyak santainya. Sedangkan akademisnya, yahhhh... ehmmm apa itu akademis? Ups. Tak apalah, karena sejak pindah ke SMP Negeri, dia tidak keberatan dengan semua kepadatan jadwal belajar. Dia juga rela dengan kedisiplinan di sekolah lanjutannya. 

Tujuan awalnya kami menyekolahkan di tempat yang berbeda, salah satunya agar meminimalisir anak-anak dibanding-bandingkan satu sama lain. Bukan oleh kami orangtuanya tapi, oleh lingkungan sekitar. Alhamdulillah, kami 'sedikit' berhasil. Toh, tetap ada yang membandingkan mereka. Si Adik sih easy going mendengar omongan orang, namun Si Kakak yang ternyata terbawa perasaan. 

"Coba aku dulu sekolah di tempat si adek, mungkin aku akan punya banyak teman, ya Bu,"

Apakah betul pikirannya itu? Ah, belum tentu ya... Kita tidak tau setangguh dan sekuat apa manusia dalam menjalani ujiannya. Kakak kuat diuji dengan 'bullying' selama itu, dan memendam sendiri. Tapi prestasi dan kemampuan akademisnya sangat baik. Apakah Kakak mampu jika diuji dengan 'kebebasan' seperti di sekolah Adek? 
Begitupun sebaliknya.... Setiap sekolah pasti ada sisi positif dan minusnya, tak mengapa karena ada hitam pasti ada putih. Ada gelap, pasti ada terang. 

Jadi, keduanya lulus dari SD dengan membawa hasil terbaiknya masing-masing. Pembentukan karakter dan pengembangan diri bukan hanya tergantung pada sekolahnya tapi berangkat atau modalnya dibawa dari rumah (keluarga). 

Nilai postitif dari sekolah kakak adek beda, sekaligus menambah teman Ibu, nambah grup wa di hp Ibu jadi lebih banyak. 

Sekarang keduanya sudah remaja. Dari mereka, aku menyimpulkan sebelum menentukan sekolah (swasta) ingat dengan strata ekonomi siswa yang sekolah di sana. Apabila itu sekolah alam, ya boleh di skip tentang strata ekonomi ini. Oiya, apabila sekolahnya berbasis agama, tetap tidak boleh berharap lebih banyak dari sekolah mengenai pengetahuan agama. Pendidikan agama terbaik berasal dari rumah. 

Untuk sekolah anak ketigaku nanti - saat ini masih 3 tahun - Aku sudah memutuskan untuk nyari SD lain lagi. hehehehe.... Yang dekat rumah saja. 




Selasa, 27 Agustus 2024

Hamil Anak Pangeran dari Alam Gaib adalah novel yang ditulis oleh Daffo Azhar, terbit di platform Fizzo Novel Online - Review

     Hamil Anak Pangeran dari Alam Gaib adalah novel yang ditulis oleh Daffo Azhar, terbit di platform Fizzo Novel Online.

    Cerita ini mengisahkan kehidupan Alea Alhura yang terpaksa menikah dengan siluman. Pernikahan mustahil itu harus terjadi karena adanya perjanjian antara Kakeknya Alea dengan siluman ular. Perjanjian itu dibuat bahkan jauh sebelum Alea ada di rahim ibunya. Konon, kakeknya pernah melakukan ritual semacam pesugihan, dengan siluman ular. Kakeknya Alea dulu meminta agar siluman ular membantunya agar menang dalam pemilihan kepala desa. Serta membantu menyingkirkan saingan-saingan politiknya. Untuk 'kerjasama' itulah, siluman ular minta timbal balik tumbal, yaitu keturunan dari kakek Alea yang perempuan yang akan dijadikan pengantin anaknya si siluman ular, saat anak itu berusia 17 tahun. Kakeknya Alea saat itu langsung menyanggupi permintaan siluman ular. Karena saat itu kakeknya belum punya cucu perempuan. Anak-anaknya masih bujangan. belum ada yang menikah. Namun, anak siluman ular nantinya yang akan memilih pengantinnya sendiri. Jadi, kakeknya tidak boleh menentukan si tumbal.

    Bertahun-tahun kemudian, setelah kakek dan nenek Alea sudah meninggal. Alea pun beranjak remaja, kelas 1 SMA, siluman ular datang untuk mengambil tumbalnya. Anak siluman ular yang bernama Dapunta, tertarik dengan Alea Alhura, cucu perempuan si Kakek. Meskipun Alea sebenarnya masih ada adik perempuan, tapi Dapunta - akan siluman ular- menginginkan Alea. Cerita ini bergulir, seru dan menarik. Dalam perjalanannya Dapunta bukan hanya tertarik, namun juga jatuh cinta pada Alea. Begitupun Alea, jatuh cinta dengan Dapunta. Tapi, cinta mereka terhalang dunia yang berbeda. Konfliknya di sini, adalah sebenarnya Alea adalah tumbal yang diminta oleh siluman ular. Memang itulah perjanjian antara kakek Alea dan siluman ular - Ayahnya Dapunta, yang tidak bisa dibatalkan meski Kakeknya Alea sudah meninggal. Seharusnya cerita cinta mereka bisa berakhir indah, hanya dengan Alea sukarela tinggal di dunia siluman bersama Dapunta. Perjanjianpun terpenuhi. 

Namun, orangtua Alea terutama Ibu-nya tidak terima dengan perjanjian gaib tersebut. Memang perjanjian gaib itu dilakukan oleh ayah mertuanya tanpa sepengetahuan siapa pun. Ibunya Alea, tidak mau anak kesayangannya diambil oleh siluman ular. Sedangkan orangtua Alea adalah muslim yang taat beribadah. Kemudian, mereka meminta bantuan pada seorang Kyai, yaitu Abah Kyai -pemilik pondok pesantren yang dikaruniai kemampuan lebih dalam hal 'ilmu gaib'. Abah Kyai ini mampu berkomunikasi dengan mahluk astral, bahkan mampu mengeluarkon rohnya dari tubuh dan pergi ke alam lain. Berkat, Abah Kyai ini, Alea bisa diselamatkan dari dunia siluman dan kembali ke pelukan orangtuanya. Tapi dengan kondisi Alea hilang ingatan dan tidak waras. Ternyata, kondisi Alea ini memang efek dari perjanjian gaib tersebut. 

Kok bisa Abah Kyai membawa Alea kembali. Nah, melalui Abah Kyai inilah, penulis menjelaskan posisi manusia, siluman, demit dengan baik. Abah Kyai berkata dia tidak takut pada siluman ular karena ia punya Allah SWT. Kekuatan doa dan kepercayaannya pada Allah bisa membakar kerajaan siluman ular. Di Bab Abah bernegosiasi dengan siluman ular, penulis menggambarkan Abah mempunyai cahaya putih yang panas, yang disebut dengan kekuatan Ilahi. 

Kemudian dalam perjalanan cinta antara siluman dan manusia ini, ternyata sebenarnya Dapunta dulu adalah manusia yang hidup di jaman penjajahan Belanda. Dapunta hidup dalam keadaan yang menyedihkan hingga ia menginginkan kematian. Saat ia berusia 17 tahun, Dapunta sedang sekarat itulah siluman ular mengambil Dapunta ke alam siluman. Ia menjadikan Dapunta sebagai anaknya. Menjelmalah Dapunta sebagai siluman ular. Bagaimana ini bisa terjadi. Kekuatan imajinasi dari sang penulisnya. Meskipun Dapunta sudah jadi pangeran siluman ular, hati dan perasaan manusianya masih dominan. 

Ia sangat mencintai Alea, maka Dapunta rela jiwa silumannya dimusnahkan oleh Abah. Kata Abah Kyai, hanya cara ini yang bisa menyembuhkan Alea waras seperti dulu lagi. Kemudian Dapunta tidak bisa lagi tinggal di dunia siluman. Dapunta menjadi arwah gentayangan yang dimasukkan Abah ke dalam botol dan hidup di dunia manusia. Levelnya sekarang Dapunta sama dengan demit-demit yang seperti kita tau... Tapi berkat bimbingan Abah Kyai, Dapunta dibimbing menjadi arwah yang masuk Islam. Diajari solat dan berzikir. Karena, dengan berzikir Dapunta bisa menjaga dirinya dari serangan mahluk astral lain. 

Kemudian ceritanya Dapunta dan Alea berkembang hingga 500-an bab sampai saat ini. Kisah yang sangat menarik. Bukan hanya karena romantismenya, tapi perjalanan spritual Dapunta dan Alea. Keduanya memperbaiki ibadah dan wajib berzikir. Benar adanya, bahwa manusia yang beriman harus senantiasa beribadah, wajib mengingat Allah-Tuhannya. Mahluk Astral itu takut dengan kekuatan Ilahi. Oiya, saat Dapunta berhasil menggaet Alea itu juga karena Aleanya sedang lalai dalam ibadah. 












                                              

Minggu, 30 Oktober 2022

7 Cara Keluar dari Baby Blues


Belakangan ini kata-kata mengenai kesehatan mental, Anxiety, depresi, Post Partum Depresion (PPD), jadi trending topic. Saya juga tidak paham betul dengan kata-kata itu. Dulu hanya tau sebatas Baby Blues Syndrom, kepribadian ganda-nya Sybil dan Orang Dengan Gangguan Jiwa. Dan Saya merasa yakin bahwa dengan logika, keimanan dan kemampuan berpikir yang baik, gangguan semacam itu berada jauh dari lingkaran kehidupan Saya.

Saya ini tipikal orang yang berpikir realistis, no menye-menye. So, Saya  Pe De banget dong waktu ituu. Saking logisnya dulu, banyak teman-teman yang males curhat. "Lo tu manusia apa bukan sih! Pake hati lo!" Senada gitulah protesnya. Saya pikir mereka aja yang terlalu lebay sih... ngggg.

But, till that moment... Jeng jeng jeng; Being a wife, a mother, daughter and daughter in law in the same time, its not as simple as I thought. Why it took really hard? Padahal, itu 'hanyalah' bagian dari siklus kehidupan manusia normal. Entahlah, nyatanya sejak  pasca melahirkan, Saya yang anti menye-menye ini jadi auto dramaqueen. Jadi kayak pabrik airmata... Ujug-ujug mewek, nangis, mewek-nangis. Sebetulnya Saya juga sebel dengan kecengengan itu.

Segala perasaan haru biru itu makin lengkap tatkala malam tiba. Setiap malam, Saya merasa kedinginan yang amat sangat. Dinginnya hingga menusuk tulang. Ngiluuu. Anehnya, baju yang Saya kenakan justru basah kuyup karena keringat. Kondisi itu berlangsung hampir selama 6 bulan awal kehidupan Saya sebagai Ibu baru.

Then, Saya tuh takut tidur. Pikiran tuh takut bayi Saya tak bernafas. Setiap waktu mengamati dada dan perutnya 'harus' bergerak. Artinya dia bernafas. Setiap lima menit diukur suhu tubuhnya. Saya takut tiba-tiba suhu tubuhnya naik. Anak Saya tak boleh sakit, karena Ibunya sigap. Overthinking.

Saya coba mengeluh kepada orang terdekat. Namun, tak ada yang bisa mengerti saat itu. Bahwa, Saya lah yang terlalu lebay dan manja. "Ingatlah jika semua wanita itu akan jadi Ibu". "Kemudian jadilah Ibu yang baik". "Seperti Ibu-ibu terdahulu, bayi-bayi mereka tumbuh dengan baik, tetap bisa bekerja dan beraktivitas biasa. Gak manja". 

I hate me and myself at that time. 

"Kenapa sih gue?? Bukan gue banget deh!I didnt know what happened. Kemudian... Setelah bertahun-tahun... Saya membaca tentang  gejala depresi di sebuah poster kesehatan dalam ruang tunggu praktek dokter. Which is cocok dengan kondisi yang 'carut marut' itu.

Apakah benar Saya depresi waktu itu? Maybe Yess... Maybe No. Saya gak ke ahlinya saat itu. Perasaan 'lemah' itu berlanjut sampe bertahun-tahun. Kelahiran anak kedua juga menambah buruk keadaaan 'dalem jiwa'. Hiks... 

Sempat merasa malu juga karena merasa kurang iman. Pernah dengar kalo baby blue atau depresi itu penyebabnya karena kurang iman. Saya tingkatkan ibadah, baik wajib maupun sunah. Namun ternyata, perasaan carut marutnya itu masih menyerang. 

Jadi kayaknya bukan karena iman yang kurang juga deh. Lebih kepada kemampuan kita mengelola emosi dan stres. Emosi dan stress itu bagaikan Rolercoster. Apalagi dalam kondisi kelelahan, kelaparan dan kesepian mendengar tangisan bayi itu seperti suara desingan peluru. Suara tangisnya itu  bikin stress. 

But I am healthy now, I hope for sure... Saya berupaya untuk lebih sehat mental dengan cara-cara ini:

1.Confess
    Mengaku bahwa Saya bukan Super Woman. I need help. Mengabaikan omongan orang lain. Dibilang manja, males, cuek aja. Yang penting Saya 'fresh'.

2. Help / Bantuan
    Minta bantuan untuk menjaga dan merawat anak. Atau membereskan urusan rumah.

3. Speak / Ngomong
    Komunikasi dengan orang terdekat, yaitu suami. Suamilah yang harus paling tau tentang kondisi istrinya. Meski kadang-kadang sebel dengan jawaban sok tau suami. Pokoknya keluarkan saja semua kata-kata yang ada di pikiran saat itu. Meski gak bikin lega juga tapi pokoknya dia juga ikut bertanggung jawab. Gak semua wanita sih bisa begini. Apalagi jika kepribadian yang introvert... Tapi yang penting sih, sebagai wanita harus percaya bahwa dirinya 'berdaya'. Dicoba saja...
 
4. Me Time / Waktu sendiri
    Kalau saya mengartikannya dengan hobi. Ternyata emang penting banget punya hobi loh. Bisa jadi penyaluran stres dan tekanan tinggi saat dewasa ini. Saya itu gak punya hobi. Cuma terbiasa nulis karena pekerjaan sebagai wartawan. Jadi kebiasaan itu masih melekat saat sudah mengundurkan diri. Apapun yang Saya rasakan, ditumpahkan lewat tulisan oret-oret. Saya pengen maki-maki gitu, sama "...." (sensor), ditulis oret-oretan. Tulisannya disimpen aja.

5. Skinship 
    Menyentuh anak tanpa penghalang. Saat stress berat, Saya peluk si bayi yang 'naked' saat menyusui. Cara ini memberi rasa cinta yang dalam. I love my baby more... Atau bisa minta suaminya sering-sering menyentuh dengan kasih sayang dan cinta, pastinya. Kegiatan yang efektif untuk menurunkan tensi stress pada wanita.

6. Olahraga
    Slogan "Men sana in corpore sano", di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, itu tepat banget. Bukan hanya atlit yang berolahraga. Kita pun harus olahraga. Saya dulu ketemu teman yang nyari barengan yoga di rumah nya. Waktu ini anak kedua udah 8 tahun. Rutin yoga dua kali seminggu. Dan rasanya ngefek ke tubuh dan hati. Nafas jadi lebih panjang dan dalam. 

7. Relaksasi
    Dengan nafas yang baik, relaksasi ini mudah tercapai. Saat pikiran penat, lakuksn relaksasi maka hati jadi ayem lagi.

Stres pasca lahiran terjadi lagi pada kelahiran anak ketiga. Tapi, dengan bekal pengalaman dan cara mengelola stres dengan baik, Alhamdulilah bisa cepat terkondisikan.
    
Alhamdulillah sekarang ini Saya merasa lebih baik. Jiwa Saya lebih sehat. Lebih mudah tertawa dan gampang merasa bahagia. 

Mungkin cara Saya keluar dari depesi akan berbeda dengan orang lainnya. Karena kita kan memang manusia yang beda. Tapi, dengan mengetahui pengalaman orang lain, setidaknya tidak merasa 'sendiri dan aneh'.

Motherhood is awesome but sometimes drive me crazy.  Semangat sehat jiwa dan raga ya Moms... Love yourself...



     
   







Sabtu, 29 Oktober 2022

Biaya Tak Terduga Nyekolahin Anak

Masa anak mulai sekolah, bagi para orangtua adalah langkah mulai memperhitungkan financial. Soalnya pengeluaran pasti bertambah. Gak cuma buat makan sehari-hari, ongkos hiburan, beli baju dll.

Tapi ada pengeluaran tetap, yaitu SPP anak dan uang pangkal masuk sekolah dll. Besarannya tergantung sekolah yang diincer sih. Beda-beda. 

Mulai dari jenjang TK, SD, sampe perguruan tinggi, silakan diitung dari sekarang deh. Besaran biayanya bisa dikira-kira lah. 

Tapi emak juga harus memperhitungkan pengeluaran tak terduga juga. Terutama masa anak TK dan SD.

Pengeluaran apakah? Yaitu ongkos pergaulan sesemak di sekolah anak. Beh... bisa dibilang ini waktu sesemak ngeksis alias tampil. 

Pengeluaran ini memang tidak terkait secara langsung dengan pendidikan anak. Tapi, buat sesemak yang hobi ngeksis, harus mempertimbangkan ini sih. 

Ini pengalamanku aja waktu dua anak bersekolah di TK dan SD. Anak-anak ku sekolahnya beda-beda. Tapi aura pergaulan sesemaknya sih sama. Di setiap sekolah anak-anakku pasti ada sesemak yang mengelompok dan hobinya "gaul" aka arisan. 

Arisan emak macan ternak ini juga berdampak pada pergaulan anak ternyata. Biasanya, anak-anak dari emak2 ini akan munculin pengelompokan juga. Macam ada geng emak, bikin cabang geng anak2 nya mereka itu. Nah, yang bukan circle mereka udah dicuekin aja. 

Dari sini juga lah sumbernya si pengeluaran tak terduga itu. Tapi tergantung juga seberapa kuat mental si emaknya. Ikut arus eksistensi atau cuek jadi diri sendiri.

Untuk si emak yang ngikut arus ini, yang menciptakan "biaya tak terduga" itu. Contoh kecilnya, setiap arisan ada dress code. Alasannya, biar cantik pas difoto. Ya kan? Ya kalo cuma sebatas, dc: nuansa tosca. Terserah mau jilbabnya, baju atau celananya. Pokoke tosca. Kalo gini nih enak, disesuaikan saja dengan yang dimiliki. Yang penting ada tosca2 nya. 

Tapi, kalo dresscodenya itu udah kudu 'seragam' batik motif ini, lurik motif itu. Atau kudu merk ini. Apabila gak ada, ya harus ada. Beli lah Mak.... Gini nih awal mulanya. 

Ada yang santai ngikutin pergaulan. Ada juga yang memaksakan diri bergaul. Akhirnya sampe ngutang-ngutang demi "seragam". Biar eksis dan gak dirasani di belakang nanti.

Meski udah ngeksis juga, gak luput dirasani ya. Ada aja lah topiknya. Penampilan sesemak, anak, ekonomi keluarga, rumahnya, kendaraannya, hapenya. Wah, macem2 lah. 

Gak aneh sih sebenarnya. Memang lingkungan kita tuh ya kayak gini. Ada aja yang dirasani seolah diri ini paling oke. 

Pergaulan emak-emak ngeksis akan mulai berkurang saat anak di SMP nanti. Ya, karena anak udah mulai pengen mandiri kan. Jadi, gak mau dibuntuti Emak lagi. Kayak anak mbarepku sekarang yang udah SMP. Giliran anaknya yang pengen eksis, ya kan? Damai bener Emak, gak ada yang ngerasani lagi.