Rabu, 28 Februari 2018

Desa dan Peternakan Kambing Demi Pelajaran IPS

Dalam ulangan anak-anak, Saya tertawa melihat jawaban di kertas ulangannya. Misal: Bagaimana suasana di pedesaan? Dia jawabnya. Kering dan panas. Salahkah? Jelas, disilang oleh gurunya. Saya membatin, mungkin anak Saya ini belum pernah ke desa atau gak "ngeh" apa itu desa. Meskipun tertera dalam buku paket dan catatan ya. Hemmm, dia bukan tipe penghafal yang baik. Hehehe.

Yuk, ke Desa

Pas ada teman yang membuat kegiatan edukasi berkunjung ke peternakan kambing, kedua anak Saya langsung didaftarkan. Kebetulan, peternakannya berlokasi di Desa Waru, Gawok Sukoharjo. Kebetulan lokasinya berjarak 20 menit dari rumah. 


Anak-anak excited diajak ke desa. Cuma naik motor saja, bisa sampai desa ya, Bu? Aduh, polosnya anak-anak. Apa emang Ibunya ini yang gak pernah ngobrolin tentang desa dan kota. Trauma dengan 'bully'-an, antara ndeso dan kota. Halah!

Sesaat meninggalkan perbatasan kota Surakarta (dipisahkan oleh sungai), kami sudah tiba di Desa Gawok. Tapi belum sampai di lokasi peternakan. Suasananya sudah terasa berbeda. "Wah, banyak sawah, Bu". "Sejuuk". Fyi, di Surakarta aka Solo juga masih ada sawah-sawah (sedikit, sih). Ya, tapi biasa saja gituuu. Entara bener excited atau dalam rangka menghibur Ibunya. Seringnya sih, Ibunya yang excited alias heboh, anak-anaknya mah cool. 

Dalam perjalanan kami melewati satu perlintasan kereta besar alias Underpas Makam Haji dan tiga perlintasa kereta (kecil). Di pinggir jalan, berjejer pohon kapuk randu menjulang tingi. Beberapa buahnya jatuh berserakan. Saya turun sejenak, mengambil huah randu yang sedikit terbuka. Menyembulkan isinya, kapas ringan dan halus. 

"Ini dia. Namanya buah kapuk randu. Biasanya digunakan untuk isi kasur. Kasur kapuk," jelas Ibu bersemangat.

"Seperti kapas," jawabnya.

"Bu, tempat kambingnya masih jauh?" lanjut Si Sulung. 

Di sini, Ibu merasa "Campa" (Uwong palembang ngerti istilah ini). Ish, padahal Ibu masih berapi-api cerita tentang randu dan kapas. Terpaksa deh ditunda dulu. Karena tujuan kami memang sudah dekat. Lima menit lagi, Ah! Ah!Ah!.

"Selamat Datang Di Peternakan Kambing"

Ketika tiba di peternakan kambing. Saya lega. Kandangnya bersih. Saya ini kan tipe Ibu yang bukan Ibu Dett*l. Iya, Saya Ibu yang agak sedikit lebay protektifnya. Takut kandangnya kotor, takut 'bau' prengus akan menguras isi perut. Takut anak-anak megang-megang kambing dan Saya lupa bawa Ant*s, (cairan antiseptik tanpa air dan sabun). 

Peternakan kambing
Kandang untuk Ibu Kambing yang baru melahirkan.



Peternakan kambing
Kandang kambing dengan kambing 'balita'.
peternakan kambing
Kandangnya bersih, Anak kecil bebas berinteraksi dengan kambing.
peternakan kambing
Kandangnya bersih. Kotoran kambing langsung meluncur ke bawah. Jadi susunya "bersih"

peternakan kambing
Kasih makan anak kambing langsung dari tangan. Emak gak panik karena ada tempat cuci tangan beserta sabunnya. 

Yang namanya anak-anak senang sekali boleh dekat-dekat apalagi megang kambing-kambingnya. Pemilik peternakan kambing ini memiliki 70an kambing. Jantan dan betina. Kandang mereka dibuat terpisah. Eciye LDR-an nihh. Sama kayak Saya. Kambing jantan dan betina akan dipertemukan dalam satu kandang apabila sudah musimnya kawin. 

Induk kambing yang baru melahirkan atau dengan anak "balita"nya ditempatkan di kandang khusus. Juga kandang khusus bagi Dukanting (Induk Kambing Bunting) Demi apa? Menjaga agar induk kambing gak stres, Hasilnya apa coba? Biar ASI-nya banyak! Eh, iya Saya belum kasih tau ya, kalau peternakan kambing ini khusus kambing perah. Rata-rata kambing-kambing keibuan ini menghasilkan 14 liter perharinya.

Bayi kambing juga tetap diberi haknya untuk menyusu pada si induk. Pssttt, daya tahan tubuh anak kambing yang minum susu formula (bubuk pabrikan) lebih lemah dibanding minum susu induknya. Awalnya, peternak memisahkan bayi dan induk kambing. Si bayi kambing diberi susu formula agar hasil perahan susu induknya maksimal. Namun, anak kambing justru banyak yang sakit bahkan mati karena daya tahan tubuhnya lemah. Sejak itu, peternak mengambalikan si bayi kambing room in dengan induknya. Dan memberi haknya nyusu. 

Susu Kambing

Gak usah membahas betpa berkhasiatnya susu kambing. Meskipun anak-anak memang minumnya susu kambing sih. Eits, skip!

Pemilik peternakan mengijinkan kami menyicip susu kambing segar baru perah. Hmmm, rasanya seperti susu biasa tapi istimewanya minim bau prengus khas kambing. Ternyata, berkat LDR-nya si kambing jantan dan betina. LDR membawa hikmah. Sebab, kambing jantanlah musababnya bau prengus. Ke-prengusan si jantan ini adalah sex appeal-nya dalam memikat si gadis kambing. Semakin prengus semakin macho, gitu kali. Entahlah.

Faktor berikutnya, karena kandang induk kambing penghasil susu yang bersih. gak campur dengan kotorannya.

Kesimpulan

Anak-anak juga diajak jalan-jalan ke kebun milik peternak kambing. Kebun itu untuk menanam tanaman sebagai asupan makan kambing-kambingnya.

peternakan kambing
Jalan-jalan ke kebun kita!

Seharian jalan-jalan di desa, Ibu hanya berharap semoga gambaran tentang desa lengkap berwarna dalam imajinasinya anak-anak. Semoga juga desa tetap eksis dengan kebersahajaannya.





3 komentar:

  1. Seruu nyaaa...

    Kalau anak saya udah tau desa sejak kecil, soalnya mudiknya ke rumah kakek nenek yang kebetulan tinggal di desa.

    Btw saya mengajarkan anak saya bahwa ndeso itu anak yang gak keren, semacam suka membully, egois, gak mau berbagi etc

    Jadi dia gak alergi ama namanya desa, tapi ga mau dikatakan ndeso hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  2. Cocok untuk si thole, tempatnya edukatif banget!

    BalasHapus