Rabu, 03 Desember 2014

Marhabah Meriah

Kemarin 31 oktober 2014, liat berita artis Winda Viska yang ngadain acara aqiqah anaknya. Suasana aqiqah itu hampir sama dengan aqiqah yang diadakan oleh saudara di Depok beberapa waktu lalu. Para tamu undangan yang datang , bu-ibu pengajian dari kampung tetangga, jumlahnya sekitar 17-an (lupa ya, gak nyampe 20-an lah). Hal ini membuat Ibu saya 'heran' dan miris. Yah, Ibu yang datang dari Palembang sedang mengalami "Shock Culture" (tepat gak ya istilahnya?). 

Sebagai orang yang hidup di budaya dan tradisi Palembang, Sumatera Selatan, acara aqiqah digelar dalam judul 'Marhabah'. Acara ini meriahnya hampir sama dengan pesta pernikahan. Tamu yang diundang bisa 300-an atau lebih. Ruammee Puoll. Tetamu yang datang, mulai dari sanak saudara, kerabat, tetangga dan handai taulan. Kalo aqiqah adalah wujud syukur orangtua karena mendapatkan amanah seorang anak. Kalo Marhabah kayaknya (opini pribadi), wujud kegembiraan kakek-neneknya mendapatkan seorang cucu. Jadilah bila digabungkan adalah kegembiraan keluarga besar karena kedatangan seorang anggota baru. 

Kadang-kadang kakek-nenek yang 'ngebet' ngadain aqiqah. Semangat banget. Pengalaman anak pertama dulu gitu sih. Kakeknya pengen banget bikin 'Marhabah', penyambutan buat cucunya.  Saya sih manut lah, misinya dulu nyenengin orangtua. Lagipula ritualnya juga gak ada yang 'aneh'. 

Tradisi dalam acara marhabah, seseorang dalam keluarga yang menjadi juru bicara (trennya MC, yah gak mesti dari keluarga juga sih), meresmikan nama bagi bayi yang baru lahir. Lalu bayi itu digendong oleh saudara laki-laki dari Ibu/ayah si bayi yang masih lajang, dalam seledang songket. Kenapa songket? Gak ada makna filosofisnya hanya agar bayi tampil menawan dengan gendongan songket. Bayi diberi lantunan berzanzi. 

Berzanji atau Barzanji ialah suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada yang biasa dilantunkan ketika kelahiran, khitananpernikahan dan maulid Nabi Muhammad saw. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Muhammad, yang disebutkan berturut-turut yaitu silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.(wikipedia)

Setelah itu rambutnya si bayi digunting secara simbolis oleh, kakeknya dari ibu juga ayah, lalu oleh ayah si bayi. Serangkaian doa-doa baik dipanjatkan untuk kehidupan si bayi kelak. 

Nah, ini bagian yang paling kusuka. Saat si bayi menyapa para tamu. Bayi digendong untuk keliling menghampiri para tamu. Saat menyapa tamu itu, seseorang di belakang si bayi membawa bendera kertas warna warni. Di tiang bendera itu ikut serta selembar uang kertas. Jumlah uang tidak ditentukan. Bisa Rp. 1000 - Rp. 100.000 tergantung kemampuan. Ada juga yang menambahkan telok abang (telur rebus diwarnai merah). Bendera ini sengaja disiapkan. Su pasti acara berikutnya rebutan bendera. Berapapun jumlah uangnya, ada tidaknya telok abang, rebutan bendera adalah momen yang paling ditunggu para tamu. Ciri khasnya begitulah... Dan saya suka rebutan bendera. Dari jaman TK, SD, sampe punya anak, kecuali marhabah anaknya sendiri, gak ikutan deh. 



Beberapa daerah seperti Minagkabau, Bengkulu, Lampung juga punya tradisi marhabah yang meriah.
Suasana itu yang tidak ditemui ibu saat acara aqiqah saudara di Jakarta. 


Beda marhabah di Palembang, Jakarta, beda juga di Solo. Bila anak pertama sempat diadakan marhabah di Palembang. Anak keduaku tidak. Kata bapaknya sih, keluarga besarnya tidak pernah mengadakan acara marhabah. Yo wes, manut. Di mana bumi di pijak di situ langit dijunjung. Weisss... Tapi pada dasarnya aku ini wong nya manut kok, yo manut wong tuo, yo manut bojo.

Senangnya hidup di kultur yang meriah,









Tidak ada komentar:

Posting Komentar