Jumat, 24 April 2015

Belajar EYD di IIDN Solo


Kodar Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) Solo adalah momen yang paling saya tunggu-tunggu. Alhamdulillah di kopdar kedua (15/4) pada 2015 di RM. Sego Wiwit, Jln. Adi Sucipto, Solo, berjalan sukses dan rame. Sebelumnya, kami para anggota agak pesimis. Takut kopdarnya sepi, karena diadakan pas hari kerja. Ternyata oh ternyata yang hadir 16 anggota turut serta krucil IIDN Junior yang kalo dijumlahkan anggotanya melebihi anggota ibu-ibu.

Kehadiran mbak Anna Faridah, pengajar EYD di Sekolah Perempuan dan penulis banyak buku (Gak tau jumlah pastinya, pokoke banyak) menjadi magnet kami, para naggota IIDN mengisi ember ilmu. Beliau berbagi sedikit ilmu tentang pengalamannya (waktunya gak cukup ya mbak, makanya saya bilang sedikit, hihihi). Berawal dari jadi penerjemah 17 tahun yang lalu. Mbak Anna mengambil pekerjaan menerjemah yang longgar DL (Deadline)-nya. Anak-anaknya masih kecil. Dalam mengemban amanah kan harus profesional. Kalau DL-nya ketat takut tidak terkejar.



Anna Faridah

Di lain waktu Mbak Anna menulis tentang keseharian putra-putri beliau dalam blog pribadi. Tak disangka-sangka, ada penerbit yang tertarik untuk membukukan cerita dalam blog-nya itu. Dan, tarraaa!!! Jadilah buku parenting pertama karya Mbak Anna Faridah. Dari buku pertama lanjut buku kedua dan seterusnya. Ya, bagaikan pecut semangat. Menulis, menulis, lagi dan lagi.

Akhirnya, Mbak Anna Faridah bertemu dengan teteh Indari Mastuti, pendiri IIDN. Saat itu MBak Anna Faridah bertugas mengedit buku. Setelah IIDN terbentuk lalu melahirkan lagi Sekolah Perempuan, tempat khusus para perempuan belajar menulis. Lengkap dengan kurikulum yang padat, terstruktur, goal- nya melahirkan penulis perempuan. Mbak Anna sendiri mengambil tema EYD (Ejaan Yang DIsempurnakan), "Bukannnya kenapa-napa, karena yang ini pada  emoh, gak ada yang mau."

Sejatinya, EYD bukan suatu halangan dalam menulis. Tulislah sesuka hati. Tak usah dipikirkan tentang EYD itu. Setelah selesai, baru dibaca lagi dan sekaligus self editing . Apa sih EYD itu? Hanya ejaan yang disempurnakan saja. Misalnya Di mana, ke mana. Seharusnya huruf besar atau huruf kecil. Penggunaan tanda baca. Hanya menyempurnakan tulisan agar enak dibaca, dan isinya bisa sampai ke pembaca.

Banyak yang takut bila EYD akan menjadikan tulisan menjadi kaku. Baku banget kesannya ketika ketemu EYD. Ternyata tidak sama sekali. Tulisan yang menggunakan bahasa populer, bahasa percakapan yang memasukkan bahasa daerah (lokal), misalnya elu-gue. Silahkan memasukkan unsur bahasa daerah (lokal), paling-paling hurufnya dimiringkan saja, biar tau bahwa itu bahasa daerah. Bahasa daerah adalah akar budaya Bahasa Indonesia. Dan harus dilestarikan.Selama masih bahasa daerah ya silahkan digunakan. Kecuali bahasa alay, yang cemungut ea, ciyus dll.

Berbagi pengalaman dari Mbak Anna Faridah berlanjut ke para anggota yang lain, Mbak Vitri Sundari, alumni Sekolah Perempuan, Mbak Nurul Chomaria penulis buku parenting, Mbak Sarah Mantovani, saya lupa selanjutnya (Maafkan, saya agak lupaan orangnya padahal udah pegang pulpen sama kertas, hiks), lalu berlanjut makan siang.

Alhamdulillah sekali, saat ibu-ibu sedang asik sendiri, anak-anak juga sibuk bermain. Dari yang malu-malu jadi akrab kayak teman lama. Terutama mbak gendhuk saya. Awalnya saya takut bakalan nempel kayak perangko seperti pengalaman sebelumnya. Eh, ternyata asik reriungan wara wiri sama Amay (putra Mbak Arinta), Zaki (putra mbak Avie), putrinya mbak Yang, terus nguseling bayi Aga, Banyak-banyak bersyukur dan tawa lebar saya hari itu. Lha? jadi curhat.

Oh ya, ada satu pelajaran yang sangat berharga. Saat itu mbak Anna berkata, "Tugas anak adalah memecah konsentrasi orangtua. Pokoknya usaha terus memecahkan konsentrasi." Kata-kata ini pas sekali untuk saya, mbak. Saat saya nulis, sholeh-sholehah ada aja usahanya. Biasanya saya langsung kemrungsung. Sekarang sih, sudah aman mbak. Akhirnya, tulisan yang dari tadi mangkrak di otak baru kelar hari ini (24/4). Huhuhuhu... Untungnya tidak menguap.

Tidak terasa acara yang dimulai jam 11.00 rampung 14.00. Tapi, rasanya kurang mbak Anna Faridah dan bu-ibu sekalian. Gak sabar lagi menunggu kopdar selanjutnya, setelah lebaran sekaligus halal bihalal.

Wassalam,

Kangen Kopdar IIDN lagi ya...

IIDN Solo dan Mbak Anna Faridah (15/4) di Sego Wiwit, Jln. AdiSucipto, Solo. Krucilnya pada sibuk sendiri, gak ikut foto-foto.





8 komentar:

  1. nah, ini baru reportase IIDN Solo dengan nara sumber mbak Anna Farida. terima kasih mbak zakiah

    BalasHapus
  2. nah, ini baru reportase IIDN Solo dengan nara sumber mbak Anna Farida. terima kasih mbak zakiah

    BalasHapus
  3. Makasih, yg gak bisa dateng dapet ilmu juga nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bunda Yuni, semoga bermanfaat. Tulisan saya gak self editing lagi. Langsung aja dipublikasi. Kelamaan mangkrak. hehehehe. Setelah dibaca lagi, eh EYD nya celemotan. Padahal nulis tentang EYD. Isis sama mbak Anna Faridah. *ngumpet.

      Hapus
    2. Matur nuwun, Mbak Zakiah. Liputannya seru, kopdarnya juga seru. Jangan lupa teri gorengnya yang renyah itu! Saking gurihnya, EYD pun bisa menunggu :-D

      Hapus
  4. keren binggo ya kopdar kemarin itu? Alhamdulillah banyak teman baru. semoga kopdar berikutnya, yang lama dan yang baru kumpul semua, berikut krucil dan bapak-bapaknya, haha.. :D
    oiya, makasiih ya udah mau gendongin bayi Aga.. :p (ibu macam apa aku inii??)

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak papa mbak arin, ibu kan butuh me time... me time nya ya wefie.. *senyuuum, jepret... cantik deh. hihihihi.

      Hapus