Sabtu, 04 April 2015

Enggan Suudzon Meski Kepingin


BBM naik lagi? Gas naik lagi? Hah tunjangan beli mobil pejabat naik dua kali lipat??? Kenapa pak Presiden? Kenapa??? Huhuhuhu... Gak biasanya saya nulis tentang beginian. Saya galau. Pengen nanya gitu langsung ke yang bersangkutan. Dulu masa jadi wartawan, lebih mudah bertanya mengatasnamakan media tempat bekerja. Lebih puas. Sekarang? Nyari lewat media massa ya gak puas. Abisnya banyak framing sana sini. Nyari media online apalagi? Kagak percaya gw! Terlalu absurd. Udah absurd pake terlalu. Sungguh...


Pak Presiden, saya kemaren sih gak milih bapak. Tidak terdaftar sebagai pemilih padahal saya pengen nyoblos, meski yakin 51 persen sajo. Makanya saya juga gak protes protis terhadap kebijakan bapak. Lha, saya abstain kok. Manut pada hasil keputusan rapat besar pemilu. Saya juga gak berani berpendapat apa-apa atau langsung menghakimi Anda seperti teman-teman yang dulu memang dengan sadar dan konsisten berseberangan dengan Anda.

Saya juga menjaga diri dari berprasangka buruk terhadap kebijkan Anda yang belum mampu saya nalar dengan pengetahuan terbatas ini. Seperti dulu saya terburu-buru menilai buruk kepemimpinan Presiden Alm Gusdur. Kebijakan-kebijakan beliau yang saat itu kontroversi saya telan mentah-mentah. Lagi-lagi pengetahuan saya terbatas. Karena itu. Setelah masa berlalu, pengetahun saya sudah mencukupi barulah saya bisa memahami kebijakan beliau.

Saat itu saya pernah menulis di media mana ya??? Lupa. Bahwa kecerdasan dan pemikiran  Gusdur tidak akan bisa dipahami oleh orang di zamannya. Gusdur berfikir sepuluh tahun ke depan bahkan lebih. Loncat nya jauh banget. Jadinya sulit dipahami. Setelah beneran lengser dan wafat, baru deh bisa dipahami (baca: oleh saya). Al Fatihah untuk Almarhum Gusdur.

Sekarang juga begitu pak Presiden Joko Widodo. Banyak kebijakan bapak yang tidak mampu saya pahami saat ini. Seperti kebanyakan orang yang mengeluh dan mengeluh melihat harga2 merangkak naik. Tapi apakah hidup ini hanya saya isi dengan mengeluh? Mungkin saja Bapak berfikir dua puluh tahun ke depan. Sekarang ini kita "dipaksa" keluar dari zona nyaman. Bikin tol laut, mengolah premium sendiri, mengolah, hasil tambang sendiri, mengolah jati, minyak kelapa, minyak alternatif, segala-galanya sendiri. Semuanya gak bisa instan, ya kan pak? Seperti minum obat anti depresi saat hidup terasa sangat berat! Mungkin saja itu hanya stres. Santai sesaat. Minum kopi, rehat sejenak.

Saya tetap berprasangka baik kepada bapak. Saya berharap dan terus berdoa suatu saat saya bisa memahami kebijakan Bapak kelak. Dan kebijakan itu membawa kebaikan tentunya untuk rakyat Indonesia. I hope so...

Saya tidak mau mengulangi kesalahan dahulu akibat kurangnya pengetahuan. Dan terlanjur mencap, menuliskan, secara hegemoni media melekatkan Bapak pada stigma buruk. Takut. Takut menyesal di kemudian hari bila ternyata saya justru akan mengagumi bapak.

Sampun nggih Pak Presiden silakan bekerja lagi.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar