Sabtu, 07 Januari 2017

Seduluran Keluarga Marto Sosro Suwignyo Di Desa



Video di atas jadi puncak keseruan Reuni Keluarga Besar Marto Sosro Suwignyo. Di bawah komando Mas Dewo, generasi cicit dan buyut Mbah Marto, semangat seduluran.

Keluarga Mbah Marto sudah beberapa kali rutin mengadakan reuni keluarga besar. Ngumpulke walung ceritane. Mestinya ngapak ini, karena daerah asalnya dari Banjarnegara. Tapi yah itu, walungnya terpencar sampe ke Palembang, Jakarta, beberapa daerah di Jawa bahkan ada yang di Australia, wajar ya kiranya ngapaknya jadi hilang. Hiks.



Reuni di Desa

Renuian yang dua tahun sekali digelar ini berlangsung seru banget di Desa Wisata Tanjung, Jogjakarta, Minggu (25/12). Karena ini tempat wisata, ya semua anggota keluarga yang dari luar kota harus menginap semalam di desa. Jadi nih, di Jogja, banyak desa yang sadar wisata salah satunya adalah Desa Wisata Tanjung ini (lokasi reuni kita). Tempatnya ya desa. Kita semua menginapnya di rumah-rumah warga desa. Menurutku sih rumahnya sudah semi kota sih. Desa wisata seperti ini cocoknya uat anak-anak sekolah yang belajar mengenali kearifan masyarakat desa. Kayak anak-anakku.

Ada cerita kecil dibalik kata desa ini buat Si Sulung. Gini. Setelah turun dari kereta pramek, perjalanan kami dari Solo menuju Jogja, anakku langsung menuju Halte Trans Jogja. Dia mikirnya Jogja = Taman Pintar. Meski pun sudah pernah ke sana tapi Si Sulung tetap nge-drill ke sana lagi karena belum berkunjung ke Planetariumnya. Udah deh nangis-nangis. Lumayan dramatis lah pokoknnya. Ibunya sampe cupet. Tetiba aja inget hasil ulangan IPS-nya.

Salah satu pertanyaannya adalah tentang desa. "Bagaimana suasana di desa?", lalu dia jawabnya "Gersang dan tandus". Antara sedih dan miris gimanaaaa gitu. Kutanyain kenapa jawabannya begitu? "Aku gak tau. Gak pernah ke desa".

Akhirnya, ulangan IPS itu kujadikan alasan. "Mas, kan belum pernah ke desa toh. Nah ini ke desa. Nanti bisa tau jawabannya kan. Gimana suasana desa."
"Dan, di desa akan lebih seru karena ketemu sama teman-teman. Daripada di Taman Pintar."
 Manjur, njur. Si Sulung langsung meneng. Anteng.

Makrab, Malam Akrab-Akrab

Saat tiba di lokasi Si Sulung tuh excited banget. "Wahhh, banyak pohonnya. Desa itu banyak pohon ya, Bu?" 
Ibunya sih agak-agak piye gitu. Padahal di Solo juga banyak pohonnya. Desa wisata ini menurutku kurang ndeso sih. Tapi lumayanlah, masih bisa liat pak tani pulang ke rumah setelah membajak sawah. Mesin pembajaknya model terbaru gitu. eh mesin tanam apa ya. Mesinnya yang bisa langsung nanem gitu. 

Yang bedanya lagi. Rumah warga di desa ini, tanpa pagar. Jadi halaman rumah itu luas. Anak-anak bebas bermain. Liat aja tuh Si Sulung langsung dapet teman bermain bola. Mereka berlari-lari bebas. Masih sepi kendaran yang sliweran. Kalo di rumah, kan mainnya di jalan. Secara rumah di Solo udah cuilik mentik. Padat. 

Sabtu (24/12) sore, satu per satu anggota keluarga tiba di lokasi reuni. Ada yang dari Palembang, Depok, Jakarta, Purwokerto, Lubuk Linggau, Lampung, hmmm mana lagi ya? Masing-masing keluarga menempati kamar di rumah warga yang sudah ditentukan panitia. 

Menjelang malam, keluarga besar ngumpul makan malam bersama. Kenalan dan ngobrol ngalor ngidul. 

Mengurai Kangen

Setelah makan malam, acara dilanjutkan dengan bakar jagun dan sosis. Nah, ini acara buat anak-anak muda. Hahahaha, generasi buyutnya Mbah Marto.

Mereka rebutan deh, bukain jagung. Jagung masih diseliuti kulit dan rambut ari yang gondrong. 

Rebutan berlanjut. Rebutan ngipasi api agar tetap nyala. Anakku baru pertama kali ini bakar jagung. Senangnya bukan kepalang. Bagi anak-anak bahagia itu sederhana. Sudah buka kulit jagung, bakar, dan makan jagung hasil keringat sendiri itu sudah bahagia. 
Anak-anak dapet teman baru sekaligus saudara.
















Seduluran Yeay!

Esok pagi, acara reuni resmi dibuka. Halah! Hari ini anggota keluarga yang gak menginap karena rumahnya di Jogja juga, pun datang. Acara dibuka oleh Om Dibyo. Kemudian, Pakde Joko melanjutkan dengan mengulang pohon keluarga Marto Sosro Suwignyo. Kali ini, ditambahkan dengan kehadiran putra/putri dari Adik Mbah Marto. Ternyata, usianya juga seumuran dengan Ibu. Lantas, karena menang status dalam keluarga, jadi berhak dipanggil "Bulek" oleh Ibu. Dan anak-anaknya, berhak dipanggil "Om" olehku (Meskipun seumuran atau lebih muda). Muda umur, tua status. 

Urutan ngundang sebutan ini gak boleh diabaikan. Meskipun kayaknya gimana gitu, masih mudah udah dipanggil "Mbah", tapi tetap harus kudu digunakan. Pesan Pakde Joko, "Biar jelas urutan silsilah keluarganya." Gak boleh protes!

Lalu dilanjutkan dengan doa dari Pakde Antono, beliau mengharapknya acara reuni ini memberi manfaat positif bagi anggota keluarga. Karena melihat semangat yang luar biasa, dibela-belai dari luar daerah, luar pulau untuk kumpul bersama. Silaturahim. Hal yang agak berat bagi Pakde, Bude, Ibu yang menjelang sepuh. Entah sampai kapan bisa menghadiri reuni keluarga lagi seperti ini. Hiks. Jadi sedih.

Kalo kata Ibu, selama masih diberi sehat, kesempatan dan rejeki, InsyaAlloh hadir di acara reuni ini. Semoga kegiatan reuni keluarga ini bisa dilanjutkan oleh generasi cicit dan buyut Mbah Marto selanjutnya. Aamiin.

Mas Dewo, lalu mengajak kami generasi muda Mbah Marto, memberi yel-yel kepada generasi sepuh. Setelah latihan sebentar, yel kami sempurna! Seduluran-seduluran, sedulur-sedulur, dulur-dulur, lur-lur, yeee!! Sampai sekarang anak-anak masih nyanyi yel-yel itu.

Lanjut nyanyi dan foto bersama. Sedangkan anak-anak kecil main terusss. 

Sampai jumpa di reuni selanjutnya?! Aamiin!!!

Keluarga Marto Sosro Suwignyo

4 komentar: