Jumat, 27 Oktober 2017

Percayakah Batik Ada Kekuatan Magis? Part 1.


Semangat dan semangat banget deh ngikutin pelatihan batik hampir sebulan lamanya. Semua ilmu diserap habis tak bersisa. Hiperbolis keknya, Say. Ada satu ilmu yang nohok jiwa. Banget. Ilmu magis… Magisnya bukan ilmu sihir atau kebatinan kayak gitu. Bukan…

Jadi ceritanya gini ya.
Saya kan anaknya gitu. Sok-sok bisalah. Nah, pas praktek bikin batik tulis, pilih motif yang Parang. Sederhana namun elegan. Lha yo, motifnya para raja, yak kan? Gampang nih… Cuma bikin S berjejer – jejer. Suombong puol.
Sebelum nyanting, Saya bikin pola dulu di kertas, kemudian dijiplak di kain mori (Kain bewarna putih). Sampai sini masih lancar.


Tiba saatnya nyanting, gaesss. Lalu, apa yang terjadi? Gatot! Gagal Total, cyiin… HIks. Bukan S berjejer ternyata. Tangan ini harus lentur membuat ritme ombak yang tak putus. Ibaratnya, nguler terussss. Dan harus konsisten. Saya pun menyerah dalam perjalanan 1/100 baris. He eh, belum dapet satu baris ris. Berhenti grakk. Setop. S T O P. Beralih ke motif kontemporer alias sak karepku (semaumu sendiri aja).

Penasaran ini masih juga berlanjut pada praktek membuat batik cap. Teteup milih motif parang. Gayaku puol songong pokoke. Sang tutor memberi contoh dulu dalam mengecap. Sebelum menempel stempel baja pada kain, ujung mori harus dilipat segitiga terlebih dahulu. Lalu dilanjutkan, nempel lagi. Dan, ingat! Harus presisi. Tidak boleh geser 1 mm pun. Motif parang ini, harus sempurna. Tidak tolerir pada kesalahan. Esensi motifnya bisa langsung hilang.
Dan, gatot meneh, Say…

Sang tutor menjelaskan, motif ini memang paling susah. Bahkan pengrajin batik yang mahir pun, jika membuat batik tulis motif ini butuh sedikitnya 6 bulan lamanya. Sedangkan batik cap, harus konsentrasi tinggi, karena tidak boleh salah sedikitpun.
Toyor wae, Pak yang songong. Guayane puol kae loh…
“Nyoh Pak, tooyor lah daku.”

Motif ini termasuk batik larangan.(Baca: Batik Larangan). Hanya Raja dan keluarganya yang boleh menggunakan. Terutama Batik motif Parang Barong. Raja hanya mengenakannya saat memimpin upacara sakral keagamaan. Konon, motif ini diciptakan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya, dan kesadaran sebagai seorang manusia yang kecil di hadapan Sang Maha Pencipta.



 Komposisi miring pada parang menandakan kekuatan dan gerak cepat, yang dipercaya memberi kekuatan magis pada batik bercorak parang itu adalah mlinjon, pemisah komposisi miring berbentuk seperti ketupat. 

Jika diperhatikan, corak itu berpola pedang.  Menunjukkan kekuatan atau kekuasaan, karenanya batik bercorak parang diperuntukkan para ksatriya dan penguasa. Menurut kepercayaan, corak parang harus dibatik tanpa salah agar tak menghilangkan kekuatan gaibnya.

Bukan hanya motif parang saja yang dipercaya ada unsur magisnya. Beberapa motif batik lainnya juga dipercaya ada kekuatan magis. Salah satunya, motif batik tambalan. Jika ada orang yang sakit, diselimuti dengan batik tambalan, dpercaya cepat sehat kembali. Percaya gak percaya?

Lanjut baca ini...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar