Senin, 01 September 2014

Kelahiranku di IIDN


Kata seorang teman, wanita dilahirkan tiga kali. Saat lahir dari rahim ibu, saat menikah dan saat menjadi ibu. Manggut-manggut. 
Berarti saya sudah tiga kali dilahirkan dong. Jadi bayi, jadi istri dan jadi ibu yang punya anak. Tapi saya merasa lebih lagi ya. Saya lehir empat kali! 

Kelahiran saya yang keempat dialami setelah jadi ibu dari dua orang anak. Ketika saya berkenalan dengan komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) di Solo. Saat kopdar pertama sekitar Desember 2013. Saya resign setelah melahirkan si sulung, (Oktober 2008) sebagai bekas wartawan dan akrab dengan dunia jurnalisme dalam delapan tahun terakhir sebelum melahirkan.

Praktis juga mengundurkan diri dari dunia menulis. Energinya habis untuk mengurus bayi dan mengatasi sindrom baby blues otodidak. Heh? Saya mengenali gejala sindrom stres pasca melahirkan dan mengatasinya seorang diri. Alhamdulillah, selamat masih hidup sampai hari ini. Lho? Sudahlah tak usah dibahas tentang sindrom itu. Perih.

Tercabut dari habitat itu rasanya sepi. Jauh dari habitat keluarga, teman dan menulis. Tapi untung masih bisa nulis meski nyolong-nyolong waktu. Pas lagi nggendong, pas lagi makan, pas lagi bayinya tidur, pas selesai sholat. Habis berdoa baru nulis... Gak lama kok cuma lima menit. Nulisnya di aplikasi memo HP jadulku. Tahun 2008 itu saya belum punya akun Facebook, masih Friendster. 

Semua tulisan pendek saya ada di memori Hp Jadul itu. Kebetulan Hp nya rusak dengan suksesnya. Ini prestasi si sulung yang lagi semangat mengenal semua benda melalui mulut. Air liurnya masuk ke dalam micro chip di HP itu. Ya elah micro chip... Ganti HP baru. Nulis lagi di HP yang bukan Blackberry itu. Sukses rusak lagi dengan air seni si sulung yang lagi belajar rambatan (tahapan belajar jalan). Ya, sudahlah. Ganti HP lagi, Nokia pasaran seri entah keberapa. Aplikasi yang ada hanya bisa buat nelpon dan sms. Gak ada kamera. Sedih. Nelangsa. 

Setelah melahirkan anak kedua sekitar 2013. Saya kembali eksis di dunia maya dengan akun Facebook. Friendster udah gak bisa di akses lagi ternyata. Akhirnya saya berjumpa dengan komunitas IIDN Solo. Kami janjian untuk bertemu pada kopdar yang pertama kalinya dalam sejarah lahirnya IIDN Solo. 

Pada pertemuan pertama kami, asli saya deg-degan. Kayak ketemu pacar. Aku pakai baju apa? Nanti pas kenalan ngomong apa? Ngomongnya gimana? Tren topik sekarang apa ya, biar tidak dicap kuper. Apadahal kuper tingkat Mahadewa. Sinteron favorit yang meraih rating tertinggi saja saya tidak tahu. Tapi presiden ke-6 jilid 2 untungnya tahu sih. 

Berkenalanlah saya dengan anggota komunitas IIDN Solo. Sebagian besar memang sudah ibu-ibu. Tapi masih ada yang single kok. Mereka memang wanita-wanita inspiratif. Bukan dari dunia jurnalisme tapi sudah menghasilkan karya yang membuat saya malu. Ada Bu Indari Mastuti- penulis buku dan pendiri komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis yang mengindonesia bahkan merambah luar negeri (baca di sini) Candra Nila Murti Dewojati – penulis buku masuk sorga walau belum pernah sholat, dan lebih dari 23 buku lainnya, Ety Abdoel- blogger yang terkenal di dunia maya, Astutiana- Guru yang berusia kepala 5 tapi berjiwa muda sudah menghasilkan beberapa buku, Fitri Elfad Burhani- sudah menulis 4 buku di sela waktu kerjanya, Rosie Deedee – babysitter yang pinter, penulis cerpen media massa. Sarah Mantovani sang mahasiswa dan jurnalis, Mbak Noer Ima Kultsum, seorang guru dan petani yang hobi menulis -juragannya Jon Koplo nya Solopos-, Hanna Aina, rajin menulis di sela waktu meracik obat. Masih banyak lagi kayaknya. 

Sudah lima kali kami menggelar kopdar. Rasanya, seperti menemukan habitat yang tepat lagi. Tempat yang saya rindu. Ya, seperti menemukan keluarga baru. Ada Ibu Astutiana yang kami panggil yang ti, ibu Candra sang penasehat. Ibu Siti Nurhasanah, mbakyu yang manis dan semangat bila ada iming-iming hadiah. Ibu Arinta yang imut tapi cerpennya mengalahkan sang pemburu hadiah. Meskipun banyak yang berprestasi ini bisa bikin iri hati dan keki. Tapi mereka tidak pelit informasi. Dengan ikhlas mereka bagi-bagi. Kami saling menyemangati. Membuat nyaman hati ini.

Dari para wanita hebat ini kami saling menyemangati. Saling memberi informasi untuk membangun diri. Kami bukan sekedar istri dan ibu yang kehilangan potensi. Meski berdiam di dalam rumah tapi potensi bisa diasah tajam melebihi belati. Apalagi ada embel-embel royalti. Tidak keluar rumah tapi menghasilkan money. Hihihihi...


Dari merekalah saya dilahirkan yang keempat kali.

Akhir kata. Terima kasih.


6 komentar:

  1. Mbaaaa...koq aku jadi mbrebes mili gini...
    Pas kopdar pertama itu cuma arin thok kayaknya yg nggak punya prestasi menulis, bener2 baru mulai..
    Arin seneeeennngggg bgt bisa ketemu mb zakia juga yg lainnya..bener2 komunitas yg bermanfaat..

    Hug and kiss

    BalasHapus
  2. waduh kalau begitu saya baru dilahirkan sekali donk hiks.. hehe salam kenal mba

    BalasHapus
  3. Terima kasih mbak Arin. Aku juga seneng banget ketemu arin dan lainnya di IIDN Solo. Peluk.... Sejak ketemu IIDN Solo semangatku kayak abis di cas. Beneran.

    BalasHapus
  4. Mba Agustinadian susanti, salam kenal juga. Tetap semangat mba menjelang kelahiran berikutnya. Hehehehe

    BalasHapus
  5. huhuuhu peluuk mbakyu Zakiah,..memang menemukan komunitas tepat sepertinya menemukan keluarga ya,..rindu ini,..rindu iniiii

    BalasHapus