Rabu, 03 September 2014

Serunya Jadi Jurnalis Lokal Banget

3 Septermber 2014

Belakangan Jurnalis media massa jadi tren baru profesi favorit. Dunia yang dinamis, seru, ‘berwawasan’, jadi yang pertama tahu. Rasanya itu sesuatu banget –pinjam istilahnya Syahrini. Dan pengalamannya? Buanyak. Tidak pernah menyesal pernah berkecimpung di dunia jurnaliseme. Setidaknya punya banyak cerita untuk anak-anak ku tercinta.


Namun pengalaman sebagai jurnalis yang berkesan buat saya justru saat jadi jurnalis koran lokal (komuniats) yang wilayahnya sangat terbatas. Koran ini lahir sekitar tahun 2005, di komunitas yaitu Star Gading, Star BSD-Serpong, Star Bintaro-Pondok Indah, dan Star Puri-Kedoya. Wilayah jajahannya sangat sempit. Bahkan tidak ada 50% dari luas kota DKI Jakarta. Dulu sempet bingung, mau nulis berita apaan di area kecil? Ada yang pentingkah? Sementara tuntutan dewan redaksi, harus menyajikan tulisan sekelas ‘Kompas’ dan ‘Tempo’ tapi dengan citara lokal. Tulisan hambar nan ecek-ecek bakal dicoret-coret pemred nya, untung-untung tidak dilempar. Penting banget ya beritanya?

Bagi kami, Presiden Republik Indonesia kalah ‘bernilai’ ketimbang Ketua RW atau RT yang menggelar gotong royong di komplek perumahan mereka. Kami akan meliput pernikahan anak ketua RT yang memakai adat betawi lengkap ketimbang pernikahan anak presiden. Rapat RW/ RT akan kami perjuangkan liputannya daripada rapat kabinet Jilid 1. Kami juga tidak akan meliput gosip para artis kecuali mereka berdomisili di kawasan jajahan kami.

Jalan rusak, selokan mampet, sampah menggunung, sistem pengelolaan sampah, pipa air bocor, pemilihan ketua rt, sampai anjing hilang adalah target operasi kami. Saya pernah meliput tentang anjing yang hilang. Seorang warga menelpon redaksi kami untuk membantu mencari anjing golden retrievernya yang hilang sekitar tiga minggu, namanya marlo – saya masih ingat euy. Setelah ditulis dan terbit, ternyata banyak warga yang merespon berita tersebut dan turut mencarinya. Beberapa hari kemudian anjingnya berhasil ditemukan. Saya kembali menemui si pemilik anjing, dan betapa bahagianya keluarga itu. Mereka memeluk Marlo yang sedikit kurus, katanya. (baca di sini)

Liputan lainnya tentang pianis cilik berbakat, Victoria Audrey Sarasvati – sekarang sudah remaja. Victoria yang masih SD berdomisili di daerah jajahan saya. Saat  wawancara di rumahnya, victoria memainkan Chopin dalam beberapa tempo. Rasanya begitu menyentuh di hati. Ceilah. (baca di sini)


Marlo, Anjing yang hilang 




Jessica 
Ada juga anak berbakat yang dulu seklah di SD Notredame Puri Indah. Jessica Wongsodiharjo. Anak ini seringkali jadi juara lomba lukis jadi sering tampil dalam media Star Puri dulu. Saya pun sempat akrab dengan ibundanya. Dari beliau juga saya terinspirasi jadi Full Time Mother. Ibunya menyempatkan waktu untuk menulis rangkuman semua pelajaran anak-anaknya. Kemudian akan mengulangnya kembali kepada Jessica dan adiknya. Kini, Jessica sering tampil di beberapa iklan produk nasional.

Meski di lingkungan 'lokal', peristiwa yang menegangkan juga pernah terjadi, ketika adanya penolakan warga terhadap pembangunan sebuah sekolah bertaraf internasional dalam lingkungan perumahannya. Ada penolakan operasinya sebuah rumah ibadah, karena menyebabkan kemacetan dalam lingkungan rumah. Ternyata banyak juga permasalahan du 'akar rumput' yang cukup pelik. Mengesankan. Betapa pun, hhidup di lingkungan komplek perumahan, aparteman, sampai perkampungan nyatanya mempunyai 'permasalahan' yang sama, yaitu hubungan bermasyarakat. 

Sayangnya, saat koran lokal ini sudah bersimbiosis dengan baik, justru harus ditutup (tahun 2008). Pemilik modal mengatakan, keutungan koran lokal ini tidak memuaskan. Maklum saja, koran ini dibagikan gratis langsung ke rumah warga. Keuntungannya pun hanya didapat dari kue iklan saja. Tapi bagi saya, pengalaman yang bercitarasa lokal ini sangat istimewa. Pelajaran yang penting dari sini adalah bagaimana menjadi tetangga yang baik. 

Salam lokal, 

Zakiah Wulandari


4 komentar: